DJIBO (Arrahmah.id) – Sebuah afiliasi al-Qaeda telah mengklaim bahwa mereka telah menewaskan 200 tentara dalam sebuah serangan di sebuah pangkalan militer Burkina Faso pekan ini, menurut sebuah LSM yang melacak aktivitas online kelompok-kelompok bersenjata.
Pangkalan di kota utara Djibo itu diserang pada Ahad pagi, dan sebuah kantor polisi serta pasar juga menjadi sasaran, kata sumber-sumber keamanan kepada kantor berita Reuters. Meskipun tidak ada jumlah korban resmi, tiga penduduk Djibo mengatakan kepada Reuters bahwa puluhan tentara dan warga sipil tewas.
Seorang sumber militer Burkina Faso mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok bersenjata tersebut melebih-lebihkan jumlah korban.
SITE Intelligence Group yang berbasis di Amerika Serikat, yang melacak aktivitas online kelompok-kelompok bersenjata, mengatakan bahwa Jama’a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) membuat klaim tersebut dalam sebuah pernyataan resmi.
“Operasi ini dilakukan di tengah meningkatnya aktivitas JNIM di Burkina Faso selama sebulan terakhir yang menimbulkan banyak korban,” kata SITE.
Organisasi tersebut sebelumnya mengatakan Ousmane Dicko, kepala JNIM di Burkina Faso, telah muncul dalam sebuah video yang mendesak penduduk Djibo untuk meninggalkan kota demi keselamatan mereka.
Melaporkan dari Dakar, Senegal, Nicolas Haque dari Al Jazeera mengatakan bahwa serangan tersebut berlangsung selama beberapa hari.
“Salah satu pos militer utama yang seharusnya melindungi kota berpenduduk sekitar 200.000 orang ini rata dengan tanah, begitulah daya tembak kelompok bersenjata,” ujar laporan reporter Al Jazeera, Nicolas Haque.
“Ini adalah salah satu serangan paling mematikan di Burkina Faso, dan ini terjadi tepat ketika Ibrahim Traore [pemimpin militer Burkina Faso] telah mengatakan bahwa negara ini telah mendapatkan wilayah, mendorong orang untuk kembali ke rumah mereka, tetapi serangan terbaru ini membuktikan sebaliknya.”
Sebuah video yang beredar di media sosial dari afiliasi al-Qaeda memperingatkan orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka dan mengatakan bahwa mereka akan merebut lebih banyak wilayah.
“Apa yang kita lihat di sini adalah titik poros di mana kelompok-kelompok bersenjata yang biasanya menyerang desa-desa sekarang mencoba untuk mengambil alih kota-kota. Ini adalah pukulan besar bagi angkatan bersenjata Burkina Faso,” kata Haque, dengan mencatat bahwa serangan itu terjadi ketika Traore mengunjungi Rusia, meminta lebih banyak pelatihan dan persenjataan untuk melawan kelompok-kelompok bersenjata.
JNIM mengaku bertanggung jawab atas serangan lain pekan ini yang menargetkan sebuah pos militer di provinsi Loroum, Burkina Faso, di mana kelompok tersebut mengatakan bahwa 60 tentara terbunuh, menurut SITE.
Serangan-serangan ini menyoroti kesulitan yang dihadapi tiga negara Sahel yaitu Burkina Faso, Mali, dan Niger, yang diperintah oleh para pemimpin militer, dalam menghadapi kelompok-kelompok bersenjata.
Pihak berwenang Burkina Faso belum mengomentari serangan-serangan terbaru ini.
Sebuah serangan penting terjadi di kota Sole, Burkina Faso, di mana para pejuang JNIM menyerbu pos militer tentara dan membunuh para prajurit, kata SITE Intelligence, tanpa menyebutkan hari apa serangan itu terjadi.
Pemerintah militer mengambil alih kekuasaan di Burkina Faso pada 2022, tetapi mereka sebagian besar gagal memberikan stabilitas, karena lebih dari 60 persen wilayah negara itu diperkirakan berada di luar kendali pemerintah. (haninmazaya/arrahmah.id)