GAZA (Arrahmah.id) - Sebuah laporan investigatif yang dirilis Al-Jazeera Arabic pada Jumat (19/12/2025) mengungkap adanya operasi “pengusiran lunak” (soft displacement) yang dilakukan secara sistematis terhadap warga Jalur Gaza.
Investigasi tersebut mengidentifikasi adanya upaya terkoordinasi untuk memindahkan ratusan warga Palestina ke negara-negara ketiga di Afrika dan Asia melalui jaringan perantara mencurigakan serta kantor-kantor yang mendapat persetujuan pemerintah 'Israel'.
Laporan ini menunjuk organisasi bernama “Al-Majd Europe” sebagai kedok utama operasi tersebut. Meski mengklaim sebagai lembaga kemanusiaan nirlaba yang membantu komunitas terdampak konflik, analisis forensik digital menunjukkan organisasi ini tidak memiliki pendaftaran hukum maupun kantor fisik yang jelas. Entitas tersebut diduga berfungsi sebagai façade digital untuk mengumpulkan data pribadi sensitif warga Gaza melalui saluran komunikasi yang tidak terverifikasi.
Komponen penting kedua adalah “Kantor Migrasi Sukarela”, sebuah badan pemerintah Israel yang dibentuk setelah arahan Menteri Pertahanan 'Israel', Israel Katz. Kantor ini didirikan seiring dengan perubahan kebijakan pemerintahan Trump terkait relokasi penduduk Gaza. Sejak dibentuk, pemerintah 'Israel' melonggarkan pembatasan dan menyetujui sekitar 95 persen permohonan keluar dari Gaza.
Data menunjukkan sekitar 7.000 warga Palestina telah meninggalkan Gaza melalui perlintasan Kerem Shalom (Karm Abu Salem). Mereka menempuh dua rute utama: melalui Bandara Ramon di 'Israel' menuju negara ketiga, atau menyeberangi Jembatan Allenby ke Yordania sebelum melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir. Al-Jazeera melaporkan bahwa tim investigasinya melacak pola penerbangan mencurigakan dari Bandara Ramon untuk mendokumentasikan jalur transit rahasia menuju Afrika dan Asia.
Investigasi juga mengungkap sosok Tomer Lind, seorang pengusaha 'Israel'-Estonia, sebagai figur kunci yang mengelola logistik operasi ini. Lind diduga mengoperasikan jaringan perusahaan cangkang dan anak perusahaan yang tidak memiliki karyawan nyata maupun aktivitas bisnis yang dapat diverifikasi. Perusahaan-perusahaan ini menyediakan payung administratif formal bagi penerbangan serta kedok “kemanusiaan” yang digunakan untuk mengosongkan wilayah Gaza yang dikepung dari penduduknya.
Analisis media sosial terhadap jaringan Al-Majd menunjukkan akun-akunnya baru dibuat antara tahun 2024 hingga 2025, meskipun mereka mengklaim berdiri sejak 2010. Platform-platform tersebut menggunakan kisah palsu dan gambar curian untuk menciptakan kesan legitimasi. Para penyelidik menemukan bahwa akun-akun itu dikelola oleh individu yang tidak dapat dilacak atau persona digital yang dirancang untuk mengeksploitasi situasi bencana di Gaza akibat genosida Israel yang telah berlangsung selama dua tahun.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa “pengusiran lunak” ini merupakan rencana strategis yang disengaja. Dengan memanfaatkan kontraktor swasta dan label “amal” yang menipu, pemerintah 'Israel' disebut telah membangun mekanisme untuk menghindari pengawasan internasional sekaligus mewujudkan tujuan lama mereka: mengosongkan Jalur Gaza dari penduduknya. (zarahamala/arrahmah.id)
