GAZA (Arrahmah.id) – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), pada Jumat (7/2/2025) mengumumkan nama tiga tawanan ‘Israel’ yang akan dibebaskan hari ini, Sabtu (8/2) sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan dalam tahap pertama gencatan senjata di Jalur Gaza, yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu.
Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa “dalam kerangka kesepakatan Taufan Al-Aqsa untuk pertukaran tahanan, Brigade Al-Qassam memutuskan untuk membebaskan pada Sabtu, tahanan Zionis berikut: Eliyahu Datsun Yosef Sharabi, Or Avraham Lisha Levy, dan Ohad Ben Ami,” tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Di sisi lain, lembaga penyiaran ‘Israel’ melaporkan bahwa delegasi negosiasi ‘Israel’ akan pada Sabtu (8/2), ke ibu kota Qatar, Doha, setelah pembebasan kelompok tawanan baru. Lembaga tersebut menyatakan bahwa ‘Israel’ telah menerima daftar tahanan yang akan dibebaskan hari ini, dan daftar tersebut dapat diterima oleh mereka.
Situs berita ‘Israel’, Walla, melaporkan bahwa keluarga tawanan ‘Israel’ telah diberitahu bahwa delegasi negosiasi akan menuju ke Doha setelah proses pembebasan tawanan selesai. Selain itu, kantor perdana menteri ‘Israel’ menyebutkan bahwa Mossad dan militer telah mendapatkan daftar nama tahanan yang direncanakan untuk dibebaskan hari ini sesuai dengan rencana.
Sementara itu, situs berita Amerika, Axios, mengutip seorang pejabat ‘Israel’ yang mengatakan bahwa Hamas telah menyerahkan daftar tahanan yang akan dibebaskan hari ini kepada Qatar dan Mesir, dan ‘Israel’ telah menyetujuinya.
Di tengah perkembangan ini, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tahap kedua kesepakatan Gaza akan lebih rumit, tetapi dia optimis bahwa hal itu dapat dicapai. Dalam wawancara dengan Channel 14 ‘Israel’, dia menambahkan bahwa tujuannya adalah membebaskan semua tawanan ‘Israel’, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, di Gaza.
Tahanan Palestina
Sementara itu, Kantor Media Tahanan mengumumkan bahwa dalam kelompok kelima tahap pertama kesepakatan pertukaran, 18 tahanan Palestina yang dihukum penjara seumur hidup, 54 tahanan dengan hukuman berat, dan 111 tahanan dari Jalur Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023 akan dibebaskan hari ini.
Menurut lembaga hak asasi manusia Palestina, ‘Israel’ saat ini menahan lebih dari 10.000 warga Palestina di penjaranya, termasuk sekitar 600 orang yang dihukum penjara seumur hidup. Dalam tahap pertama kesepakatan yang terdiri dari tiga tahap, masing-masing berdurasi 42 hari, klausulnya menyebutkan pembebasan bertahap 33 warga ‘Israel’ yang ditahan di Gaza, baik yang masih hidup maupun jenazah, sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina dan Arab.
Keluarga Tahanan Mendesak Netanyahu untuk Menyelesaikan Kesepakatan
Di sisi lain, Dewan Keluarga Tawanan ‘Israel’ di Gaza mendesak Netanyahu untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran guna memastikan pembebasan semua tawanan. Dalam pernyataan pekanannya, dewan tersebut meminta agar delegasi negosiasi dikirim ke Qatar dengan mandat yang jelas untuk memastikan kembalinya tawanan, “baik yang masih hidup untuk rehabilitasi maupun yang telah meninggal untuk dimakamkan dengan layak.”
Dewan tersebut menegaskan bahwa 79 tawanan masih ditahan dalam kondisi sulit dan menekankan perlunya tindakan segera untuk menyelesaikan kesepakatan. Dengan selesainya penyerahan kelompok kelima ini, Brigade Al-Qassam telah menyerahkan 16 tawanan ‘Israel’ dalam kesepakatan pertukaran saat ini, yang melibatkan pembebasan tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan tawanan ‘Israel’.
Penundaan oleh ‘Israel’
Di sisi lain, Hamas menegaskan komitmennya untuk menerapkan kesepakatan gencatan senjata yang memenuhi kepentingan rakyat Palestina. Gerakan tersebut juga menuduh Pendudukan ‘Israel’ menunda pelaksanaan protokol kemanusiaan, terutama dalam hal penyediaan tempat tinggal, tenda, peralatan penghancuran puing, bahan bakar, dan kebutuhan rekonstruksi. Hamas menegaskan bahwa mereka telah meminta mediator untuk meningkatkan upaya mereka guna menekan okupasi dan memastikan pelaksanaan kesepakatan.
Hamas juga menekankan kesatuan posisi Palestina dalam menghadapi “proyek Trump-Netanyahu” untuk mengusir warga Palestina, menegaskan bahwa rencana Amerika tersebut ditolak oleh dunia Arab, Islam, dan internasional. (zarahamala/arrahmah.id)