Memuat...

Analis: Gugurnya Komandan Al-Qassam Tak Menghentikan Mesin Perlawanan

Zarah Amala
Rabu, 31 Desember 2025 / 11 Rajab 1447 11:28
Analis: Gugurnya Komandan Al-Qassam Tak Menghentikan Mesin Perlawanan
Mendiang Abu Ubaidah (Al Jazeera)

GAZA (Arrahmah.id) - Pengumuman duka oleh Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), atas gugurnya sejumlah pemimpin utamanya berbarengan dengan kemunculan perdana juru bicara baru mereka, dinilai membawa pesan militer yang melampaui sekadar pemberitahuan kehilangan figur pimpinan.

Dalam konteks ini, pengamat militer Mayor Jenderal (Purn) Fayez al-Duwairi menilai bahwa Brigade al-Qassam beroperasi dengan sistem yang bersifat institusional. Menurutnya, gugurnya para pemimpin, betapapun penting peran mereka, tidak berarti lumpuhnya struktur organisasi atau terhentinya operasional perlawanan.

Al-Duwairi menjelaskan bahwa kemunculan juru bicara baru al-Qassam dengan tampilan yang hampir identik, mulai dari penutup wajah hingga bahasa tubuh, menyampaikan pesan tegas bahwa “Abu Ubaidah” bukanlah sosok personal semata, melainkan representasi sebuah institusi yang mapan. Ia menegaskan bahwa sistem yang mampu melahirkan para pemimpin yang gugur, juga sanggup melahirkan pemimpin-pemimpin baru.

Pada Senin (29/12/2025), Brigade al-Qassam secara resmi mengumumkan gugurnya Kepala Staf mereka Mohammed al-Sinwar, juru bicara Abu Ubaidah, serta sejumlah pemimpin senior lainnya, di antaranya Mohammed Shabana, Raed Saad, dan Hakam al-Issa, dalam perang pemusnahan 'Israel' di Gaza. Pengumuman tersebut disampaikan dalam pidato video pertama juru bicara baru al-Qassam.

Menurut Al-Duwairi, membandingkan kemampuan militer al-Qassam dengan 'Israel' tidak bisa dilakukan dengan pendekatan keseimbangan konvensional. Ia menyatakan bahwa dunia tidak dikelola berdasarkan kekuatan hukum, melainkan hukum kekuatan, sehingga perbandingan kuantitatif antara persenjataan 'Israel' dan kemampuan perlawanan Palestina tidak relevan, karena secara material keunggulan tetap berada di pihak 'Israel'.

Meski demikian, ia menekankan bahwa al-Qassam berhasil memanfaatkan sumber daya terbatas yang dimilikinya untuk bertempur selama dua tahun penuh, sebuah capaian yang, menurutnya, tidak mampu dilakukan oleh sejumlah tentara negara Arab.

Terkait persenjataan, Al-Duwairi menyebut bahwa estimasi stok senjata hanya bisa dilakukan melalui pemantauan lapangan. Ia mencatat adanya penurunan intensitas peluncuran roket dibandingkan fase awal perang, disertai perubahan pola pertempuran yang semakin menitikberatkan pada senjata antitank dan penggunaan bahan peledak rakitan.

Ia meyakini bahwa perubahan ini mencerminkan berkurangnya persediaan senjata setelah dua tahun pertempuran, meski tanpa memastikan bahwa stok tersebut telah sepenuhnya habis.

Menanggapi wacana yang kian menguat mengenai pelucutan senjata perlawanan, Al-Duwairi menegaskan bahwa perlawanan rakyat yang hidup di bawah pendudukan tidak dapat dikategorikan sebagai terorisme. Ia menambahkan bahwa meskipun beberapa kemampuan militer menurun, al-Qassam masih memiliki kapasitas untuk melanjutkan pertempuran.

Namun, ia juga menyoroti tekanan faktor kemanusiaan di Jalur Gaza. Menurutnya, seruan al-Qassam yang berulang soal gencatan senjata bukanlah cerminan kelemahan militer, melainkan bentuk kepedulian terhadap penderitaan warga sipil.

Al-Duwairi menutup analisanya dengan menegaskan bahwa pertaruhan untuk melenyapkan perlawanan mengabaikan pelajaran sejarah. Ia menyatakan bahwa perlawanan adalah sebuah ide, dan ide tidak bisa dikalahkan, meskipun situasi politik dan kemanusiaan semakin kompleks.

Sebelumnya, pada 30 Januari lalu, Abu Ubaidah juga mengumumkan gugurnya Panglima Umum Brigade al-Qassam Mohammed al-Deif bersama sejumlah pemimpin militer lainnya, termasuk wakilnya Marwan Issa, Kepala Divisi Persenjataan dan Layanan Tempur Ghazi Abu Tama’a, Kepala Divisi Sumber Daya Manusia Raed Thabet, serta Komandan Brigade Khan Yunis, Rafe’ Salameh. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlinePalestinaGazabrigade al-qassamperlawananabu ubaidaanalis militer