WASHINGTON (Arrahmah.id) – Amerika Serikat telah mengumumkan paket bantuan keamanan baru senilai $600 juta untuk Ukraina yang mencakup amunisi penghancur, peralatan pembersih ranjau, peluru artileri dan persenjataan lainnya, hanya sehari setelah menjanjikan bantuan militer dan kemanusiaan senilai $1 miliar untuk Kiev.
Diumumkan pada Kamis (7/9/2023), bantuan senilai $600 juta tersebut menyusul setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan dalam kunjungannya ke Ukraina pada Rabu (6/9) bahwa Washington akan memberikan bantuan militer dan kemanusiaan senilai $1 miliar untuk Kiev, termasuk amunisi uranium yang sudah tidak terpakai untuk tank-tank M1 Abrams buatan AS yang diperkirakan akan dikirim ke Ukraina akhir tahun ini.
Bantuan terbaru senilai 600 juta dollar AS ini akan “mendukung kebutuhan medan perang Ukraina” dan menunjukkan “dukungan AS yang tak tergoyahkan untuk Ukraina”, kata Pentagon dalam sebuah pernyataan pada Kamis, seperti dilansir Al Jazeera.
Namun bantuan militer ini tidak akan segera tiba di medan perang, karena berada di bawah Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI) di mana Washington membeli peralatan dari industri pertahanan atau mitra-mitranya dan bukannya mengambilnya dari persediaan militer AS.
Pengumuman bantuan militer yang beruntun ini terjadi ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden berupaya menunjukkan dukungannya yang berkelanjutan untuk serangan balasan Ukraina yang telah berlangsung selama tiga bulan, ketika para tentara mencoba menerobos pertahanan Rusia dan membersihkan ladang ranjau yang luas.
Beberapa sekutu diam-diam menyatakan keprihatinan mereka mengenai serangan yang berjalan lambat, sementara yang lain mengatakan bahwa Ukraina telah membuat beberapa kemajuan dan telah berhasil menggunakan pertahanan udara untuk menjatuhkan rudal-rudal Rusia.
Kepala NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada Kamis bahwa serangan balasan Ukraina berjalan lebih lambat daripada yang diantisipasi, tetapi pasukan Kiev merebut wilayah dari pasukan Rusia setiap hari.
“Ukraina secara bertahap memperoleh kemajuan dan ini membuktikan pentingnya dukungan kami dan juga kemampuan serta kemauan kami untuk melanjutkan dukungan,” kata Stoltenberg dalam sebuah pertemuan komite Parlemen Eropa di Brussels.
“Ini adalah pertempuran yang berat, pertempuran yang sulit, tetapi mereka telah mampu menembus garis pertahanan pasukan Rusia,” katanya.
“Tentara Rusia dulunya adalah yang terkuat kedua di dunia, dan sekarang tentara Rusia adalah yang terkuat kedua di Ukraina. Itu cukup mengesankan,” tambahnya.
Trent Maul, direktur analisis Badan Intelijen Pertahanan AS, mengatakan kepada majalah Economist dalam sebuah wawancara yang jarang terjadi pada Rabu bahwa ada “kemungkinan yang realistis” bahwa pasukan Ukraina dapat menembus seluruh garis depan Rusia di Ukraina selatan pada akhir tahun ini. (haninmazaya/arrahmah.id)