RAMALLAH (Arrahmah.id) — Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut kelompok perlawanan Palestina Hamas “anak anjing” dalam pidato berapi-apinya yang menuntut kelompok itu membebaskan para sandera yang masih ditahannya, melucuti senjata, dan menyerahkan kendali atas Gaza untuk mengakhiri perang dengan Israel.
Dilansir BBC (24/4/2025), pernyataan keras Presiden Palestina itu disampaikan dalam sebuah pertemuan di Tepi Barat yang diduduki.
Seorang pejabat Hamas mengutuk apa yang disebutnya sebagai “bahasa yang merendahkan” Abbas terhadap “sebagian besar… rakyatnya sendiri”.
Pekan lalu, kelompok itu menolak usulan Israel untuk gencatan senjata baru di Gaza, yang mencakup tuntutan untuk melucuti senjata sebagai imbalan atas jeda permusuhan selama enam minggu dan pembebasan 10 dari 59 sandera yang tersisa.
Hamas menegaskan kembali bahwa mereka akan menyerahkan semua sandera sebagai imbalan atas diakhirinya perang dan penarikan penuh Israel.
Mereka juga mengesampingkan kemungkinan menyerahkan senjata mereka.
PA, yang dipimpin oleh Abbas dan didominasi oleh gerakan Fatah-nya, hanya memerintah sebagian wilayah Tepi Barat sejak Hamas menguasai Gaza pada tahun 2007, setahun setelah memenangkan pemilihan legislatif.
Kepemimpinan PA secara teratur menegaskan bahwa mereka siap untuk mengambil alih pengelolaan Gaza pascaperang. Namun, mereka dikritik oleh warga Palestina karena tidak cukup bersuara atau mengambil tindakan yang efektif.
Abbas mengecam Hamas dalam pidatonya yang marah di hadapan pertemuan Dewan Pusat Palestina di Ramallah.
“Hamas telah memberikan alasan kepada pendudukan kriminal [Israel] untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah menyandera orang,” katanya.
“Anak-anak anjing, bebaskan saja siapa pun yang kalian tahan dan selesaikan masalah ini. Hentikan alasan mereka dan selamatkan kami.”
Presiden juga mengatakan Hamas harus “menyerahkan” tanggung jawab atas Gaza dan persenjataannya kepada PA, dan berubah menjadi partai politik.
Seorang anggota biro politik Hamas, Bassem Naim, mengkritik keputusan Abbas untuk “menggambarkan bagian penting dan integral dari rakyatnya sendiri dengan menggunakan bahasa yang merendahkan”, menurut kantor berita AFP.
“Abbas berulang kali dan dengan curiga menyalahkan rakyat kami atas kejahatan pendudukan dan agresi yang sedang berlangsung,” tambahnya.
Hamas dan PA telah terpecah belah selama beberapa dekade, dengan keretakan mereka memastikan bahwa tidak ada kepemimpinan Palestina yang bersatu di Tepi Barat dan Gaza yang dapat muncul.
Abbas, 89 tahun, dianggap tidak relevan oleh banyak orang Palestina.
Ia tetap berkuasa tanpa pemilihan umum selama bertahun-tahun, memimpin PA yang oleh para kritikusnya dianggap tidak efektif dan korup. Hamas pada dasarnya menuduhnya bekerja sama dengan Israel. (hanoum/arrahmah.id)