GAZA (Arrahmah.id) – Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam, mengumumkan pembebasan seorang tahanan tentara “Israel” berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat, Idan Alexander. Keluarga Alexander mengonfirmasi bahwa ia akan terbang ke Doha untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dan Emir Qatar, Syaikh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya yang difasilitasi para mediator untuk mencapai gencatan senjata, pembukaan jalur bantuan, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
“Langkah ini datang setelah komunikasi penting di mana Hamas menunjukkan sikap positif dan fleksibilitas yang tinggi,” ujar pernyataan itu. Hamas juga menegaskan bahwa “negosiasi yang serius dan bertanggung jawab dapat menghasilkan pembebasan para tahanan. Sementara agresi yang berlanjut hanya akan memperpanjang penderitaan mereka, bahkan dapat membunuh mereka.”
Hamas menyatakan siap “memulai segera negosiasi menuju kesepakatan menyeluruh untuk menghentikan agresi secara permanen, penarikan pasukan pendudukan, pengakhiran blokade, pertukaran tahanan, dan rekonstruksi Gaza.”
Kelompok tersebut juga mendesak pemerintahan Presiden Trump untuk “melanjutkan upayanya dalam menghentikan perang brutal yang dilancarkan oleh penjahat perang Netanyahu terhadap anak-anak, perempuan, dan warga sipil tak bersenjata di Gaza.”
Media “Israel” sebelumnya melaporkan bahwa tentara telah menerima perintah untuk menghentikan serangan ke Gaza sejak tengah hari untuk memfasilitasi proses serah terima Alexander. Sebuah helikopter militer yang membawa keluarga Alexander dilaporkan telah mendarat di Pangkalan Re’im, wilayah dekat Gaza.
Sementara itu, ratusan warga “Israel” melakukan unjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv, menuntut pembebasan semua tahanan.
Pernyataan Resmi Al-Qassam
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah, menyampaikan bahwa pihaknya telah memutuskan untuk membebaskan Idan Alexander pada hari ini. “Brigade Al-Qassam telah memutuskan membebaskan tentara Zionis yang memiliki kewarganegaraan AS,” tulisnya di kanal Telegram.
Idan Alexander, 21 tahun, adalah tentara “Israel” yang lahir dan dibesarkan di New Jersey, Amerika Serikat. Ia akan menjadi tahanan ke-39 yang dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari, namun runtuh setelah militer “Israel” kembali melancarkan serangan darat dan udara pada Maret lalu.
Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, telah tiba di “Israel”. Sementara itu, Adam Boehler—utusan AS untuk urusan “sandera”—mengunggah foto dirinya di dalam pesawat menuju “Israel” bersama ibu Alexander untuk menjemput putranya yang dibebaskan.
Boehler memuji keputusan Hamas dan menyerukan pembebasan jenazah empat warga Amerika lainnya yang masih ditahan di Gaza.
Sikap Pemerintah “Israel”
Meski demikian, kantor Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pembebasan Alexander tidak berarti bahwa mereka terikat pada kesepakatan gencatan senjata atau pertukaran tahanan. Mereka hanya “menyediakan jalur aman untuk pembebasan Alexander.”
(Samirmusa/arrahmah.id)