GAZA (Arrahmah.id) – Hamas dikabarkan telah mengeksekusi sejumlah orang yang dituduh melakukan penjarahan, menyusul serangkaian insiden di mana geng-geng bersenjata berat menyerang toko bahan makanan dan dapur umum di Jalur Gaza minggu ini, menurut sumber yang dekat dengan kelompok tersebut.
Para pejabat Hamas menuding beberapa penjarah berkolaborasi dengan ‘Israel’, yang selama dua bulan terakhir menutup rapat akses bantuan ke Gaza. ‘Israel’ belum memberikan komentar atas tuduhan tersebut.
Dalam salah satu insiden, Kementerian Dalam Negeri Gaza melaporkan bahwa seorang petugas polisi tewas dan beberapa lainnya luka-luka setelah sebuah drone ‘Israel’ menembakkan rudal ke unit polisi yang sedang mengejar kelompok kriminal di Kota Gaza.
“Kami akan menghantam para pengkhianat ini dengan tangan besi. Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan mereka, berapa pun biayanya. Kami tidak akan membiarkan mereka terus meneror warga, mengancam nyawa mereka, dan mencuri harta mereka,” kata kementerian dalam pernyataan resmi pada Sabtu (3/5/2025), merujuk pada para penjarah yang dituduh.
Ismail Al-Thawabta, kepala kantor media pemerintah di Gaza, menyebutkan bahwa beberapa penjarah beroperasi di bawah perlindungan klan, sementara lainnya merupakan kelompok terorganisir yang menurutnya mendapat dukungan langsung dari ‘Israel’.
Ia menyatakan bahwa sejumlah “putusan eksekusi revolusioner” telah dilaksanakan terhadap “tokoh-tokoh kriminal utama” yang terbukti terlibat dalam penjarahan.
Beberapa warga Gaza dan media lokal melaporkan bahwa sayap bersenjata Hamas juga telah memberlakukan jam malam mulai pukul 9 malam guna membatasi pergerakan warga sipil dan memudahkan pengejaran terhadap para kriminal.
PBB sendiri telah memperingatkan memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza, yang porak-poranda akibat serangan militer ‘Israel’ sejak 7 Oktober 2023.
‘Israel’ tetap membela blokade terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza dengan dalih bahwa Hamas mencuri pasokan yang seharusnya untuk warga sipil dan mengalihkannya kepada pasukan mereka, klaim yang dibantah keras oleh Hamas.
Namun, berlarut-larutnya blokade membuat situasi semakin kritis dan memicu tekanan terhadap Hamas, yang mulai menghadapi protes warga akibat minimnya pasokan makanan yang masuk ke Gaza.
Insiden-insiden ini menyoroti betapa tertekannya penduduk Gaza, yang kini makin terjepit di wilayah tengah dan pesisir menyusul pembentukan zona buffer luas oleh militer ‘Israel’ di sekitar wilayah tersebut.
Geng Bersenjata Rampas Uang dan Ponsel
“Geng-geng ini, beberapa di antaranya bersenjata, meneror warga, bukan hanya mencuri makanan, tapi juga menghentikan orang-orang di jalan dan merampas uang serta ponsel mereka,” ujar Ahmed, warga Kota Gaza yang meminta namanya tidak ditulis lengkap.
“Mereka membantu pendudukan membuat kami kelaparan; mereka harus diperlakukan sebagai kolaborator,” ujarnya kepada Reuters lewat aplikasi pesan singkat.
Kantor berita SAFA yang dekat dengan Hamas melaporkan bahwa Kementerian Dalam Negeri Gaza telah membentuk pasukan baru beranggotakan 5.000 personel untuk menghadapi penjarah dan geng bersenjata. Namun, upaya ini terhambat oleh serangan drone ‘Israel’ yang menargetkan siapa pun yang membawa senjata.
Hamas sempat mengerahkan ribuan personel keamanan setelah gencatan senjata Januari lalu, tetapi sejak ‘Israel’ kembali melancarkan serangan besar-besaran pada bulan Maret, kekuatan bersenjata mereka di lapangan menurun drastis.
Sementara itu, serangan militer ‘Israel’ dalam 24 jam terakhir telah menewaskan sedikitnya 40 orang di berbagai wilayah Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut.
Kampanye militer ‘Israel’ hingga kini telah merenggut nyawa lebih dari 52.500 warga Palestina, sebagian besar merupakan warga sipil, menurut data resmi dari Kementerian Kesehatan Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)