JAKARTA (Arrahmah.com) – Alkisah tahun 2007-2008. Wanita bernama lengkap Intan Dwi ini mengalami pemberontakan batin. Sebagai akibatnya, gadis kelahiran 24 April 1995 jarang pulang ke rumah. Kalaupun pulang, paling cepat biasanya hanya dua minggu sekali. Musik punk dan kehidupan jalanan akhirnya menjadi pilihan hidupnya saat itu. Jiwa pemberontakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya.
“Itu gaya hidupnya,” jawab Intan seperti dirilis hidayatullah.com saat ditanya tentang alasannya tertarik menjalani hidup sebagai anak punk.
Intan bercerita, selama nge-punk ia tinggal tak menentu. Tidur di jalanan mulai dari jalur Sukabumi, Cibinong hingga Ciawi Puncak Bogor Jawa Barat. Mengamen, bersenang-senang dengan rekan-rekannya sebagai sesuatu yang ia jalani, setelah ia terpengaruh dari gaya hidup band-band punk. Ia menyebut band seperti Rancid, Ramones hingga Sex Pistols.
Rupanya takdir berkata lain. Titik jenuh menghampirinya di tahun 2010, setelah selama 2009 dia mengalami proses pertempuran batin. Rasa bosannya membuat dia membutuhkan suasana baru dari sekitar mengamen, makan, senang-senang. Intan mulai tersadarkan ketika Allah Subhana Wa Ta’alah mempertemukan dia dengan komunitas bernama Punk Muslim.
“Semua ini karena do’a dari orangtua,” jelas gadis yang bisa bermain gitar ini.
Di Punk Muslim, dia mulai mengikuti pengajian rutin bersama teman-teman barunya. Mulai dari belajar membaca Al-Qur’an hingga materi-materi akiidah Islamiyah seperti; marifatullah, marifatul rasul dan fiqih wanita dan nilai-nilai agama lainnya.
“Banyak banget perubahan, terutama mungkin dari keluarga lebih memerhatikan, dan tetangga lebih segan ke kita. Sekarang juga semakin banyak teman, semakin menambah wawasan jadi bisa tahu dunia lain juga,” jelasnya di sela-sela Aksi Peduli Rohingya, Kamis (26/07/2012).
Sejak pilihannya untuk meninggalkan punk, Intan bukan hanya meninggalkan atribut punk, tapi dia juga istiqomah dalam menutup aurat. Jilbab panjang hingga ke pinggang. pakaian lebar menemani rok panjang dan kaos kakinya lengkap ke mana-mana.
Sekarang, tak terlihat lagi lekuk-tubuh seperti dulu ketika dia biasa memakai celana jins ketat. Yang tersisa hanya telapak tangan dan wajah yang penuh senyum nan anggun.
Intan mengaku, apa yang telah ia rasakan dalam beragam bentuk pengalaman itu membuatnya sadar betapa cintanya Allah dalam hidupnya melalui hidayah ini.
Ramadhan ini adalah yang ketiga kali dia sudah bersama keluarga, setelah sebelumnya tak pernah menjalankan ibadah puasa dan tak pernah menikmati Ramadhan di rumah secara khusyu’.
Saat ini, Intan selalu memanfaatkan Ramadhan untuk memuhasabah dirinya.
Dari Ramadhan pula, dia belajar membuka mata hati untuk mendekatkan diri pada Allah Subhanahu Wata’ala, karena dengan Ramadhan ia jadi tahu bagaimana menyelami makna hidup.
“Aku mau meneruskan sekolah, lalu kuliah dan pengen lebih mengejar cita-cita dan memperbaiki diri lebih baik lagi dari sebelumnya,” jelas gadis yang bercita-cita menjadi psikolog ini.
Punk Muslim
Sebagaimana diketahui, Punk Muslim adalah sebuah komunitas yang didirikan oleh Almarhum Budi Chaeroni. Budi yang juga seorang anak punk tiba-tiba mendapatkan hidayah dari Allah. Dalam hidayahnya Budi ingin mengajak teman-teman punk-nya untuk belajar mengaji dan mendekatkan diri pada Islam.
Budi meninggal pada tahun 2007 dalam sebuah kecelakaan motor yang sebabkan dia mengalami pendarahan otak. Setelah kepergian Budi, Punk Muslim tetap berjalan diteruskan oleh sahabat-sahabatnya.
Intan, adalah salah satu dari ragam warna anak-anak punk yang akhirnya bisa mengerti arti Islam dalam hidup. Bukan hanya meninggalkan punk, Intan juga sudah meninggalkan bermusik dan hingga hari ini istiqomah dengan menutup aurat.
Ia telah membuat punk menjadi lebih mengenal Islam dan Muslim, sebelum kata Muslim itu justru membunuh punk itu sendiri dan bagaimana hanya cukup total menjalani hidup sebagai seorang Muslim. Inilah gaya hidup sejati dan terakhia seorang Intan saat ini.
“Islam Is My Life, Is My Way, Is My Attitude!,” ujarnya. (bilal/hidayatullah/arrahmah.com)