Memuat...

'Israel' Tangkap 'Santa Claus' Saat Penggerebekan Perayaan Natal di Haifa

Zarah Amala
Sabtu, 27 Desember 2025 / 7 Rajab 1447 11:15
'Israel' Tangkap 'Santa Claus' Saat Penggerebekan Perayaan Natal di Haifa
Polisi 'Israel' mengganggu perayaan Natal di kota Haifa dan menangkap seorang pria yang berpakaian seperti Sinterklas. (Foto: cuplikan video)

HAIFA (Arrahmah.id) - Polisi 'Israel' mengganggu perayaan Natal di kota Haifa dan menangkap sedikitnya tiga warga Palestina, termasuk seorang pria yang mengenakan kostum Santa Claus.

Menurut Pusat Mossawa, lembaga pembela hak sipil, polisi menyerang tiga pemuda Palestina di pintu masuk kawasan Wadi Al-Nasnas saat perayaan Natal berlangsung, lalu menangkap mereka. Di antara yang ditangkap terdapat seorang DJ dan pedagang kaki lima. Polisi juga dilaporkan menyita sejumlah peralatan acara pada awal pekan ini.

Dalam rekaman video yang beredar di media sosial, terlihat polisi berupaya menangkap pria berkostum Santa Claus, mendorong seorang pria lain hingga terjatuh ke tanah, lalu memborgolnya. Polisi 'Israel' mengklaim bahwa pria yang mengenakan kostum Santa melakukan perlawanan saat penangkapan.

Di tengah berbagai pembatasan yang diberlakukan otoritas pendudukan 'Israel', umat Kristiani Palestina tetap merayakan Natal di wilayah Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza.

Di Betlehem, kota kelahiran Yesus, perayaan Natal digelar untuk pertama kalinya sejak agresi 'Israel' ke Gaza selama dua tahun terakhir. Menurut Al Mayadeen, pawai musik dengan iringan bagpipe berlangsung di jalan-jalan kota, sementara umat menghadiri misa Natal di Gereja Kelahiran.

Pendeta Gereja Ortodoks Yunani di Betlehem, Issa Thaljieh, menggambarkan suasana kota tahun ini sebagai “sedih dan suram” akibat pendudukan 'Israel' yang terus berlangsung. Kepada Anadolu, ia mengatakan bahwa pesan Natal dari Palestina kepada dunia tetaplah pesan damai, cinta, dan kasih sayang, meski di tengah rasa sakit, kesulitan, dan perang.

Thaljieh juga menyerukan agar umat Kristiani Palestina tetap bertahan di tanah suci mereka, serta menyampaikan solidaritas kepada warga Gaza yang hidup di bawah kehancuran, kematian, kelaparan, dan kekurangan air. Ia berharap kondisi akan membaik dan mereka dapat kembali merayakan Natal bersama di Betlehem.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Pariwisata Palestina, Jeries Qumsieh, menyebut perayaan Natal tahun ini berlangsung muram dan terbatas pada ritual keagamaan. Ia mengatakan tidak ada kunjungan wisatawan maupun peziarah akibat perang yang dilancarkan 'Israel'.

Qumsieh menambahkan bahwa Betlehem mengalami kemerosotan ekonomi yang parah, dengan tingkat okupansi hotel hanya sekitar 3 persen. Kerugian ekonomi kota itu diperkirakan mencapai 1 hingga 1,5 juta dolar AS per hari.

Di Gaza, komunitas Kristiani kecil menggelar perayaan Natal pertama sejak gencatan senjata rapuh mulai berlaku pada 10 Oktober. Pohon-pohon Natal tampak berdiri di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan 'Israel'.

Patriark Latin Yerusalem, Kardinal Pierbattista Pizzaballa, mengatakan Jalur Gaza membawa “pesan keteguhan dan harapan” meski mengalami kehancuran total. Ia menyampaikan hal itu saat tiba di Betlehem untuk memimpin misa Natal tengah malam.

Sejak 7 Oktober 2023, militer 'Israel' dengan dukungan Amerika Serikat melancarkan perang besar-besaran ke Gaza. Serangan tersebut telah menewaskan hampir 71.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 170.000 lainnya, mayoritas perempuan dan anak-anak. Sebagian besar penduduk Gaza mengungsi, dengan tingkat kehancuran infrastruktur yang disebut paling parah sejak Perang Dunia II, sementara ribuan orang masih dinyatakan hilang. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlinePalestinaserangan israelperayaan natalHAIFA