GAZA (Arrahmah.id) – Dalam sebuah langkah strategis yang mengguncang “Israel,” Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—pada Sabtu (22/2) berhasil membebaskan enam tawanan “Israel” sebagai bagian dari perjanjian pertukaran. Namun, di tengah keberhasilan ini, Hamas menuduh “Israel” terus menunda pelaksanaan penuh kesepakatan.
Dikutip dari pernyataan resmi Hamas, proses pembebasan berlangsung dalam suasana nasional yang khidmat, mencerminkan persatuan rakyat Palestina dan faksi-faksi perlawanan. Sementara itu, di pihak “Israel,” terjadi kekacauan politik dengan saling tuduh di antara para pemimpinnya.
Massa Palestina yang hadir dalam jumlah besar dalam prosesi pembebasan mengirim pesan tegas kepada “Israel” dan sekutunya bahwa solidaritas antara rakyat dan perlawanan Palestina tetap kokoh dan tidak tergoyahkan.
Dua Pilihan bagi “Israel”: Peti Mati atau Negosiasi
Hamas menegaskan bahwa publik “Israel” kini dihadapkan pada dua pilihan: menerima tawanan mereka dalam peti mati akibat kebijakan keras Netanyahu atau menyambut mereka hidup-hidup dengan memenuhi syarat perlawanan.
Hamas juga menekankan kesiapan untuk melanjutkan tahap kedua perjanjian, yang mencakup pertukaran tawanan secara menyeluruh dengan imbalan gencatan senjata permanen serta penarikan penuh “Israel” dari wilayah pendudukan.
Namun, Hamas memperingatkan bahwa setiap upaya “Israel” untuk menghindari kesepakatan hanya akan memperpanjang penderitaan para tawanan. “Satu-satunya jalan bagi mereka untuk kembali kepada keluarga adalah melalui negosiasi dan kepatuhan terhadap perjanjian,” tegas Hamas dalam pernyataannya.
Sementara itu, Hamas mengecam kebrutalan “Israel” yang melarang keluarga para tawanan yang diasingkan untuk bepergian, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.
Perlawanan Berlanjut Hingga Pembebasan Penuh Palestina
Menutup pernyataan, Hamas menegaskan bahwa perjuangan belum berakhir. “Kami akan terus berjuang hingga Palestina benar-benar merdeka dengan Al-Quds sebagai ibu kota,” tegasnya.
Langkah Hamas ini tidak hanya menegaskan kekuatan perlawanan Palestina tetapi juga semakin menekan “Israel” yang kini tengah menghadapi krisis internal akibat kebijakan keras pemerintahannya.
(Samirmusa/arrahmah.id)