GAZA (Arrahmah.id) – Yayasan kontroversial Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung penuh oleh Amerika Serikat resmi menunjuk Johnnie Moore, tokoh penginjil AS pro-‘Israel’, sebagai ketua eksekutif barunya. Moore dikenal luas atas dukungannya terhadap rencana mantan Presiden Donald Trump untuk mengusir seluruh warga Palestina dari Gaza dan mengubah wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah”.
Moore menggantikan Jake Wood yang mengundurkan diri bulan lalu dengan alasan bahwa rencana distribusi bantuan secara privat “tidak mungkin dijalankan tanpa mengkhianati prinsip-prinsip kemanusiaan: kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi.”
“Distribusi Bantuan” yang Berujung Darah
Sejak GHF mulai beroperasi pada 27 Mei, sedikitnya 102 warga Gaza yang kelaparan tewas dan 490 lainnya terluka oleh tembakan pasukan ‘Israel’ di dekat titik-titik distribusi bantuan GHF di Rafah dan Koridor Netzarim di Gaza tengah, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
GHF dan Moore sendiri membantah adanya serangan ‘Israel’ di sekitar lokasi distribusi mereka, dan menyebut laporan tersebut sebagai “informasi palsu yang belum diverifikasi”. Namun, drone footage, rekaman saksi mata, dan laporan tim medis di Rafah mengonfirmasi bahwa tembakan diarahkan langsung ke kerumunan warga yang mengantre bantuan, banyak dari korban mengalami luka tembak di kepala dan dada.
Serangan paling baru terjadi Selasa pagi (3/6/2025), saat 27 warga tewas dan 90 lainnya terluka di area al-Alam, Rafah, saat menunggu bantuan makanan.
Pemerintah Gaza menyebut serangan ini sebagai “kejahatan berulang yang disengaja”, dengan menuduh bahwa pusat distribusi bantuan ini sengaja dirancang sebagai perangkap maut, menarik warga kelaparan ke area terbuka yang berada dalam kendali militer ‘Israel’, lalu menembaki mereka secara brutal.
“Pusat distribusi ‘bantuan’ ini telah berubah menjadi ladang pembantaian massal, memikat warga sipil yang kelaparan karena blokade total, lalu dengan sengaja ditembak dingin-dingin oleh tentara pendudukan,” tulis pernyataan resmi dari Kantor Media Gaza.
Moore: Dari Evangelis Trump ke Proyek Gaza
Johnnie Moore bukan nama asing di dunia politik pro-‘Israel’. Ia adalah tokoh penginjil AS yang pernah bertemu dengan PM ‘Israel’ Benjamin Netanyahu, berperan dalam kesepakatan normalisasi Abraham Accords, dan vokal mendukung agenda Trump di Timur Tengah.
Pada Februari lalu, Moore secara terbuka memuji rencana Trump untuk mengosongkan Gaza dari warga Palestina. “Presiden Trump tidak pernah terikat oleh kebijakan lama. Ia mengakhiri perang dan membawa perdamaian,” tulis Moore di X. Ia bahkan menyebut bahwa “Amerika akan mengambil alih masa depan Gaza sepenuhnya.”
Kini, Moore dipercaya memimpin lembaga yang dianggap oleh banyak organisasi kemanusiaan sebagai alat kolonial baru untuk menyingkirkan sistem bantuan PBB dan menggantinya dengan proyek politis yang menguntungkan ‘Israel’ dan sekutunya.
Penolakan Luas terhadap GHF
Organisasi internasional, termasuk PBB dan Doctors Without Borders (MSF), telah secara terbuka menolak terlibat dengan GHF, dan menilai yayasan itu melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.
Claire Manera dari MSF menyatakan: “Sistem distribusi ini tidak manusiawi, berbahaya, dan sangat tidak efektif. Ia menyebabkan kematian dan luka-luka yang seharusnya bisa dicegah.”
Selain membatasi distribusi bantuan hanya untuk wilayah Gaza selatan dan tengah, GHF juga mewajibkan warga Palestina berjalan jauh di tengah zona merah yang rawan tembakan untuk mendapatkan bantuan. Bantuan yang tersedia pun sangat terbatas.
Krisis Kelaparan yang Disengaja
Sejak ‘Israel’ menutup semua perlintasan utama ke Gaza pada 2 Maret, tidak ada pasokan makanan, obat-obatan, atau bantuan kemanusiaan yang bisa masuk secara bebas. Ini memperburuk kondisi 2,3 juta warga Palestina di Gaza, yang kini menghadapi kelaparan ekstrem.
Menurut laporan IPC terbaru, seperempat populasi sipil Gaza diperkirakan akan mengalami kelaparan tahap paling parah (IPC Fase 5) dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, investigasi oleh Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) sedang berlangsung. PM Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi lainnya telah resmi ditetapkan sebagai tersangka kejahatan perang dan genosida. (zarahamala/arrahmah.id)