GAZA (Arrahmah.id) – Tentara pendudukan ‘Israel’ terus melancarkan serangan sistematis terhadap warga Gaza yang sedang mencari bantuan kemanusiaan. Pada Rabu (11/6/2025), sebanyak 57 warga Palestina gugur saat mencoba mendapatkan makanan dari pusat-pusat distribusi bantuan yang dikelola oleh lembaga bantuan asal Amerika Serikat, Gaza Humanitarian Relief Foundation, di wilayah selatan Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa 57 jenazah dan 363 orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit pada kemarin saja, semuanya adalah warga yang sedang mengantre bantuan.
Serangan ini bukan yang pertama. Pada Selasa (10/6), tentara ‘Israel’ juga menargetkan warga sipil yang sedang menunggu bantuan di sekitar poros Netzarim, selatan Kota Gaza, yang mengakibatkan 20 orang tewas dan lebih dari 124 luka-luka.
Militer ‘Israel’ berdalih bahwa mereka hanya menembakkan peluru peringatan pada malam hari ke arah orang-orang yang “dicurigai” karena mendekat dan dianggap sebagai ancaman bagi pasukan mereka di area tersebut.
Mati Demi Sepiring Makanan
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa sejak 27 Mei lalu, jumlah warga yang gugur di titik distribusi bantuan telah mencapai 224 orang, dengan lebih dari 1.858 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah di Gaza menuding militer ‘Israel’ sengaja menciptakan kekacauan dan memperparah kelaparan di Gaza dengan menargetkan secara langsung dan acak warga sipil yang hanya ingin mencari makan.
Mereka menyatakan bahwa ‘Israel’ sedang melakukan kejahatan terang-terangan terhadap warga sipil yang kelaparan, melalui serangan langsung yang dilancarkan dari drone, helikopter, maupun tank di berbagai wilayah di Jalur Gaza.
“Perangkap Maut” Bernama Bantuan
Kantor Media Pemerintah Gaza juga mengecam Gaza Humanitarian Relief Foundation, lembaga bantuan asal Amerika Serikat yang menurut mereka, dalam dua pekan beroperasi, telah menyebabkan lebih dari 163 warga sipil tewas tertembak secara langsung saat mencoba mengambil paket bantuan makanan di pos-pos yang mereka sebut sebagai “pos penghinaan dan penindasan”. Tak hanya itu, hampir 1.000 warga sipil lainnya juga terluka dalam insiden-insiden yang serupa.
Mereka menambahkan bahwa lembaga tersebut menyebarkan kebohongan, seolah-olah kelompok perlawanan Palestina mengancam dan menghalangi distribusi bantuan. Padahal, mereka menyatakan dengan tegas bahwa lembaga yang mengklaim diri sebagai “kemanusiaan” namun menjalankan agenda militer, tak layak disebut sebagai lembaga kemanusiaan.
Seorang pejabat dari Lembaga Bantuan Medis di Gaza mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pusat-pusat distribusi bantuan kini telah berubah menjadi “perangkap maut”. Setiap hari ada warga yang tewas saat berusaha mendapatkan makanan. Ia menjelaskan bahwa luka-luka yang diderita korban sangat parah dan terjadi di sekitar lokasi distribusi.
Pejabat itu juga menyoroti bahwa makanan yang dibagikan sangat sedikit dan jauh dari cukup, sementara orang-orang tumbang kelaparan di jalanan.
Genosida yang Didukung Amerika
Sejak 7 Oktober 2023, ‘Israel’, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, telah melakukan genosida brutal di Gaza yang mencakup pembunuhan massal, kelaparan, penghancuran infrastruktur, dan pengusiran paksa, semuanya dilakukan tanpa mengindahkan seruan internasional maupun perintah Mahkamah Internasional untuk menghentikan kekejaman itu.
Akibat dari agresi ini, diperkirakan sudah ada sekitar 182.000 warga Palestina menjadi korban antara gugur dan luka-luka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, dengan lebih dari 11.000 orang hilang, serta ratusan ribu pengungsi. Kelaparan akut telah merenggut nyawa banyak warga, termasuk anak-anak, dan kehancuran yang melanda Gaza pun sangat masif. (zarahamala/arrahmah.id)