DOHA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan bahwa serangkaian serangan “Israel” baru-baru ini ke Gaza menunjukkan bahwa “Israel” tidak tertarik untuk mengakhiri perang.
Dalam sebuah wawancara dengan outlet berita AS, CNN, pada Rabu (14/5/2025), Al Thani mengatakan bahwa ia berharap pembebasan seorang tentara AS-Israel bernama Edan Alexander dari tawanan di Gaza akan menjadi “terobosan yang akan membantu mengembalikan perundingan ke jalur yang benar”, namun “Israel” justru memilih untuk meningkatkan serangan di Jalur Gaza, lansir Al Jazeera.
“Sayangnya, reaksi ‘Israel’ terhadap hal ini adalah [pengeboman] keesokan harinya, ketika mengirim delegasi tersebut,” katanya.
Al Thani juga menyatakan bahwa rencana yang didukung AS untuk mendistribusikan bantuan di Gaza melalui kelompok yang baru dibentuk tidak diperlukan. Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan dan PBB telah mengatakan bahwa mereka telah memiliki sarana untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, namun dihalangi oleh “Israel”.
“Israel” telah memutus akses Gaza terhadap makanan, air, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan sejak 2 Maret lalu, sehingga mendorong para pemantau kelaparan global memperingatkan akan kemungkinan terjadinya kelaparan dan tuduhan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia.
“Israel” telah mengklaim, dengan sedikit bukti, bahwa anggota pejuang perlawanan Palestina Hamas mencuri sebagian besar bantuan yang masuk ke Jalur Gaza.
Sebuah badan yang baru dibentuk dengan dukungan AS yang disebut Yayasan Kemanusiaan Gaza mengatakan pada Rabu bahwa mereka akan mulai beroperasi di Gaza pada akhir Mei, dan bahwa mereka telah meminta “Israel” untuk mengizinkan peningkatan bantuan ke Jalur Gaza.
“GHF dengan hormat meminta agar [militer Israel] mengidentifikasi dan mendekonflikkan lokasi-lokasi yang memadai di Gaza utara yang mampu menjadi tempat distribusi aman yang dioperasikan GHF yang dapat beroperasi dalam waktu 30 hari,” tambahnya.
Sebuah laporan baru-baru ini dari Observer, sebuah media yang berbasis di Inggris, mencatat bahwa dokumen penggalangan dana GHF tampaknya mencerminkan klaim tentang masalah bantuan kemanusiaan di Gaza yang tidak menyertakan tindakan pemerintah “Israel” sendiri dan malah menyalahkan “runtuhnya” “saluran kemanusiaan tradisional” karena pengalihan bantuan dan operasi tempur.
Ribuan truk bantuan telah terhambat di luar Gaza di tengah blokade “Israel” selama berminggu-minggu, dan para pejabat PBB menekankan bahwa mereka siap dan mampu untuk melanjutkan distribusi bantuan di Jalur Gaza, jika Israel mau mencabut blokade. (haninmazaya/arrahmah.id)