GROZNY (Arrahmah.id) — Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang telah menjabat sejak 2007, menyatakan keinginannya untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Dilansir James Town (6/5/2025), Kadyrov mengatakan bahwa ia berharap permintaannya untuk diberhentikan akan diterima, memberikan kesempatan bagi pemimpin baru dengan inisiatif dan visi sendiri.
“Saya sebenarnya yang meminta untuk diberhentikan. Pemimpin baru akan memiliki inisiatif dan visi mereka sendiri. Saya berharap permintaan saya akan diterima,” ujar Kadyrov.
Pernyataan ini bukanlah yang pertama kali disampaikan oleh Kadyrov.
Sebelumnya, pada September 2022, ia menyatakan bahwa dirinya telah menjabat terlalu lama dan mengisyaratkan keinginan untuk mundur. Namun, kemudian ia menarik kembali pernyataannya dan menyatakan niat untuk memecahkan rekor masa jabatan terlama sebagai kepala daerah di Rusia, yang saat itu dipegang oleh seorang gubernur selama 27 tahun.
Kadyrov menambahkan bahwa ia tidak memiliki hak untuk meninggalkan posisinya saat ini, terutama ketika Rusia sedang menghadapi tantangan besar di Donbas.
Selama masa kepemimpinannya, Kadyrov telah menghadapi berbagai tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan di luar proses hukum terhadap lawan politiknya.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional telah lama mengkritik pemerintahannya atas tindakan-tindakan tersebut.
Selain itu, Kadyrov juga telah menunjukkan upaya untuk membangun dinasti politik. Pada November 2023, putranya, Adam Kadyrov, diangkat sebagai kepala Dinas Keamanan Presiden Republik Chechnya dan juga mengawasi kepolisian Chechnya.
Belum ada tanggapan resmi dari Kremlin terkait permintaan pengunduran diri Kadyrov. Namun, mengingat hubungan dekat antara Kadyrov dan Presiden Vladimir Putin, serta peran strategis Chechnya dalam stabilitas kawasan Kaukasus, keputusan akhir kemungkinan besar akan melibatkan pertimbangan politik yang berat. (hanoum/arrahmah.id)