SIDON (Arrahmah.id) – Brigade Al-Qassam mengumumkan pada Jumat (4/4/2025) bahwa salah satu pemimpinnya, Hassan Farhat, terbunuh dalam serangan udara ‘Israel’ di Sidon, Lebanon selatan. Kelompok tersebut mengonfirmasi bahwa Farhat terbunuh bersama putri dan putranya ketika apartemen mereka menjadi sasaran.
Dalam sebuah pernyataan, Al-Qassam menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Farhat dan mengecam pembunuhan tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu merupakan bagian dari agresi ‘Israel’ yang terus berlanjut terhadap para pemimpin perlawanan Palestina. Kelompok tersebut bersumpah bahwa kematiannya tidak akan dibiarkan begitu saja.
Tentara ‘Israel’ kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan wilayah Sidon pada malam sebelumnya di bawah arahan Komando Utara dan Dinas Intelijen.
Menurut militer ‘Israel’, Farhat adalah komandan Sektor Barat Hamas di Lebanon. Militer menuduh bahwa ia bertanggung jawab atas peluncuran roket ke Safed pada 14 Februari tahun lalu, sebuah serangan yang menewaskan seorang tentara wanita dan melukai beberapa lainnya. Militer juga mengklaim bahwa Farhat telah merencanakan operasi lebih lanjut terhadap ‘Israel’ dalam beberapa bulan terakhir, yang menimbulkan apa yang digambarkannya sebagai ancaman keamanan.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa tiga orang tewas dalam serangan ‘Israel’ di Sidon. Seorang sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa sebuah pesawat ‘Israel’ menembakkan dua rudal ke sebuah gedung apartemen di kota itu, yang langsung mengenai sasarannya. Sumber tersebut mengonfirmasi bahwa serangan itu menargetkan seorang pejabat Palestina, yang tewas bersama kedua anaknya.
Pusat Operasi Darurat Kesehatan Masyarakat Lebanon kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa tiga orang tewas dalam serangan udara ‘Israel’ tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pelanggaran Kedaulatan
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam mengutuk serangan ‘Israel’ terhadap Sidon, menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Lebanon dan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1701, yang mengatur penghentian permusuhan antara Lebanon dan ‘Israel’.
Salam mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan maksimal kepada ‘Israel’ agar menghentikan serangan yang terus dilakukannya terhadap Lebanon, khususnya yang menargetkan wilayah permukiman. Ia menekankan perlunya penghentian segera operasi militer.
Sejak perjanjian gencatan senjata di Lebanon berlaku pada 27 November, ‘Israel’ telah melakukan 1.384 pelanggaran, yang mengakibatkan sedikitnya 117 kematian dan 366 cedera, menurut penghitungan Anadolu Agency berdasarkan data resmi.
Agresi ‘Israel’ yang lebih luas terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, di tengah meningkatnya ketegangan regional menyusul perang ‘Israel’ di Gaza. Konflik tersebut meningkat menjadi perang skala penuh pada 23 September 2024, yang menyebabkan lebih dari 4.000 kematian dan sekitar 17.000 orang cedera. Selain korban jiwa, diperkirakan 1,4 juta orang telah mengungsi. (zarahamala/arrahmah.id)