WASHINGTON (Arrahmah.id) – Anggota Kongres AS dari Partai Republik, Randy Fine, memicu kemarahan publik setelah dalam sebuah wawancara di Fox News ia menyarankan agar Jalur Gaza dibom nuklir seperti yang dilakukan terhadap Hiroshima dan Nagasaki. Ia juga menyebut perjuangan rakyat Palestina sebagai “penyebab kejahatan.”
Dalam wawancara tersebut, Fine diminta komentarnya terkait negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan ‘Israel’ yang tengah mandek. Ia menjawab, “Satu-satunya akhir dari konflik ini adalah penyerahan total dan tanpa syarat dari mereka yang mendukung terorisme Muslim. Dalam Perang Dunia II, kita tidak bernegosiasi dengan Nazi, kita tidak bernegosiasi dengan Jepang.”
Ia melanjutkan, “Kita mengebom Jepang dua kali dengan nuklir demi mendapatkan penyerahan tanpa syarat. Hal serupa perlu dilakukan di sini,” sambil menambahkan, “Ada sesuatu yang sangat salah dengan budaya ini, dan budaya itu harus dihancurkan.”
Saat ditanya mengenai pembunuhan dua staf Kedutaan Besar ‘Israel’ di Washington, DC, pada Rabu (21/5/2025), Fine menanggapi, “Inilah bentuk globalisasi intifada. Ideologi Palestina dibangun di atas kekerasan.”
Ia juga berkata, “Ini adalah budaya yang dibentuk dari kekerasan, dan kita harus mulai memperlakukannya sebagaimana mestinya. Kita harus menyebut kejahatan sebagai kejahatan dan berhenti mencari-cari pembenaran atasnya. Fakta yang ada, perjuangan Palestina adalah perjuangan kejahatan.”
Kecaman dari CAIR
Pernyataan Fine langsung memicu kecaman keras dari organisasi hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat, Council on American-Islamic Relations (CAIR). Mereka menyebut ucapan Fine sebagai “ajakan eksplisit pada kekerasan” dan memperingatkan bahwa retorika semacam ini bisa membahayakan komunitas Muslim dan Palestina di Amerika.
“Ini adalah salah satu pernyataan paling berbahaya dan tidak manusiawi yang pernah dilontarkan oleh seorang anggota Kongres yang sedang menjabat,” bunyi pernyataan CAIR.
Direktur Urusan Pemerintahan CAIR, Robert S. McCaw, mengatakan, “Jelas sekali, Randy Fine bukan sekadar seorang fanatik berbahaya. Ia adalah anggota Kongres yang secara terbuka membayangkan pemusnahan rakyat Palestina lewat senjata nuklir.”
Ia menegaskan bahwa Kongres harus mengambil sikap: “Apakah mereka akan menjalankan tanggung jawab etis mereka, atau diam saja saat salah satu anggotanya secara terbuka menyerukan pembantaian massal terhadap rakyat Palestina? Diam atas genosida berarti ikut berkomplot.”
Tuding Rashida Tlaib Sebagai “Teroris”
Ini bukan kali pertama Randy Fine memicu kontroversi. Awal Mei lalu, ia menyebut anggota Kongres AS Rashida Tlaib sebagai “teroris Muslim” setelah Tlaib menulis di X bahwa ‘Israel’ “membiarkan Gaza mati kelaparan,” dan bahwa “kelaparan sebagai senjata adalah kejahatan perang.”
Fine menanggapi dengan kasar: “Suruh rekan-rekan teroris Muslimmu untuk membebaskan sandera dan menyerah. Sampai saat itu, #StarveAway.”
Tahun lalu, ia juga menuai kecaman setelah berkomentar soal tewasnya aktivis Amerika Ayşenur Ezgi Eygi di Tepi Barat yang diduduki ‘Israel’. Dalam unggahannya di X, Fine menulis, “Lempar batu, kena tembak. Satu lagi teroris Muslim lenyap. #FireAway.” (zarahamala/arrahmah.id)