SANA’A (Arrahmah.id) – Pemimpin Ansarallah Abdul-Malik al-Houtsi menanggapi serangan udara AS di Yaman dengan keras, dan menggambarkan serangan itu sebagai bagian dari serangan baru Amerika yang bertujuan menghentikan dukungan kelompok itu terhadap Palestina. Dalam pernyataannya, Ansarallah menuduh Washington berupaya menghentikan bantuan mereka kepada rakyat Palestina di tengah blokade ‘Israel’ yang terus berlanjut dan hukuman kolektif di Gaza.
Al-Houtsi juga mengecam tindakan ‘Israel’, menuduhnya secara sistematis membuat penduduk Palestina kelaparan dan dehidrasi sebagai bagian dari kampanye genosida yang lebih luas. Ia mencatat bahwa tidak ada upaya internasional yang signifikan untuk meringankan penderitaan Gaza dan bahwa AS tetap terlibat dalam menegakkan kebijakan ‘Israel’.
“Amerika adalah mitra dalam pendudukan ‘Israel’, yang memaksakan rencananya dan memenuhi keinginannya,” kata al-Houtsi.
Juru bicara militer gerakan Ansarallah, Yahya Saree, mengatakan pada Ahad (16/3/2025) bahwa mereka menargetkan kapal induk AS “USS Harry Truman” dengan 18 rudal dan sebuah pesawat tak berawak, dan menggambarkan operasi tersebut sebagai operasi kualitatif.
Saree menjelaskan dalam pernyataan singkatnya bahwa serangan Ansarallah itu adalah “respons terhadap agresi Amerika, yang menargetkan beberapa provinsi Yaman dengan lebih dari 47 serangan udara, yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan terluka.”
Ia menegaskan bahwa tentara Yaman “tidak akan ragu untuk menargetkan kapal angkatan laut mana pun di Laut Merah dan Laut Arab sebagai respons terhadap agresi tersebut.”
Serangan udara AS terjadi setelah Presiden Donald Trump mengesahkan operasi militer terhadap Yaman, Ansarallah, yang melakukan “pembajakan”, dan “terorisme” yang menargetkan kapal-kapal Amerika dan internasional. Pemerintah AS mengklaim serangan itu sebagai respons terhadap tindakan Ansarallah terhadap jalur pelayaran internasional.
Eskalasi ini menyusul keputusan Ansarallah untuk melanjutkan blokade terhadap kapal-kapal ‘Israel’ yang melintasi Laut Merah, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden. Kelompok tersebut telah mengeluarkan tenggat waktu bagi ‘Israel’ untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, yang menurut mereka diabaikan. Blokade yang dimulai pada November 2023 itu membuat kelompok tersebut menargetkan kapal-kapal kargo milik atau yang terkait dengan Israel dengan rudal dan pesawat nirawak, sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza di tengah agresi militer ‘Israel’.
Ansarallah juga sesekali menyerang ‘Israel’ dengan serangan rudal dan pesawat nirawak, beberapa di antaranya mengenai Tel Aviv, tetapi menghentikan serangan ini setelah gencatan senjata dilaksanakan di Gaza pada bulan Januari. Namun, dengan meningkatnya dukungan AS untuk ‘Israel’, dan penolakan ‘Israel’ atas bantuan kemanusiaan untuk Gaza yang hancur, Ansarallah telah melanjutkan serangan balasan mereka. (zarahamala/arrahmah.id)