GAZA (Arrahmah.id) – Menteri Keuangan ‘Israel’ Bezalel Smotrich mengamankan perluasan permukiman besar di Tepi Barat yang diduduki dengan imbalan diizinkannya lima truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, menurut Maariv ‘Israel’.
Kesepakatan tersebut mencakup persetujuan untuk 22 permukiman baru di wilayah pendudukan Tepi Barat dan ratusan unit permukiman baru di pos-pos pemukim yang sebelumnya tidak resmi. Perluasan ini akan didanai sebagian oleh Kementerian Permukiman, yang dipimpin oleh Orit Strook.
Keputusan itu diambil saat tekanan internasional meningkat terhadap ‘Israel’ untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan dasar masuk ke Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sedikitnya 500 truk bantuan dibutuhkan setiap hari untuk mencegah kelaparan massal di antara 2,3 juta penduduk Gaza. Namun ‘Israel’ hanya mengizinkan lima truk, yang kemudian diblokir ‘Israel’ untuk didistribusikan di dalam Gaza. Sejauh ini belum ada bantuan yang sampai ke warga sipil.
Kurang dari sebulan yang lalu, Smotrich bersumpah untuk keluar dari pemerintahan jika ada bantuan yang masuk ke Gaza. Ia mengatakan kepada Makor Rishon: “Jika satu butir bantuan kemanusiaan pun sampai ke Hamas, saya akan meninggalkan kabinet. Saya katakan kepada Perdana Menteri, saya tidak setuju. Langkahi dulu mayat saya.”
Namun, dalam pembalikan yang mengejutkan, Smotrich secara terbuka mendukung masuknya bantuan tersebut selama konferensi pers pekan ini, menyebutnya sebagai “langkah yang diperlukan untuk memenangkan perang dan mengalahkan Hamas.”
Sumber internal mengungkapkan bahwa perubahan ini mengikuti kesepakatan pribadi dengan Benjamin Netanyahu. Sebagai imbalan atas dukungan Smotrich, Netanyahu menyetujui perluasan permukiman besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki. Kabinet keamanan ‘Israel’ dilaporkan memberikan lampu hijau untuk proyek tersebut pada hari yang sama saat menyetujui masuknya lima truk bantuan.
Channel 14 ‘Israel’ melaporkan bahwa 22 pemukiman baru merupakan bagian dari tuntutan Smotrich dan kini terus berjalan dengan dukungan resmi.
Seorang tokoh politik senior yang menghadiri rapat kabinet mengatakan dukungan Smotrich terhadap bantuan tersebut “mengejutkan banyak orang di ruangan itu,” mengingat sikap garis kerasnya baru-baru ini. Baik kantor Smotrich maupun Kantor Perdana Menteri membantah adanya hubungan antara pemukiman dan keputusan pemberian bantuan, dengan menyebut laporan tersebut “tidak terkait.”
Sementara itu, kesepakatan bantuan itu sendiri telah gagal. Lima truk yang diizinkan masuk tidak pernah dikirimkan kepada penduduk Gaza. Tidak ada lembaga yang diizinkan untuk menerimanya. Meskipun telah diumumkan, tidak ada bantuan kemanusiaan nyata yang telah memasuki Jalur Gaza.
Kesepakatan itu telah ditengahi di bawah tekanan AS yang kuat, khususnya dari utusan Trump untuk Timur Tengah Steven Witkoff, yang mendesak Netanyahu untuk mengizinkan bantuan setelah pembebasan tentara Israel-Amerika Edan Alexander dari penjara. Netanyahu menunda bantuan dan akhirnya mengingkari janjinya, sehingga mempermalukan pemerintahan Trump.
Kelompok-kelompok kemanusiaan dan pejabat PBB terus memperingatkan tentang kemungkinan terjadinya kelaparan massal di Gaza. Namun, pemerintah ‘Israel’ tampaknya telah menggunakan krisis tersebut sebagai daya ungkit untuk mengamankan perampasan tanah secara ilegal di Tepi Barat yang diduduki. (zarahamala/arrahmah.id)