TEL AVIV (Arrahmah.id) — Rezim Zionis Israel mengancam akan mencaplok permukiman di Tepi Barat—wilayah Palestina yang diduduki—dan Lembah Yordan. Rezim pendudukan itu akan melakukannya jika negara-negara besar, termasuk Inggris dan Prancis, mengakui Negara Palestina.
“Setiap tindakan sepihak yang diambil terhadap Israel akan ditanggapi dengan tindakan sepihak oleh Israel,” ancaman Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar, dikutip Israel Hayom (27/5/2025).
Menurutnya, Tel Aviv sedang mempertimbangkan untuk mencaplok wilayah Palestina sebagai respons atas pengakuan internasional apa pun atas kenegaraan Palestina.
Sa’ar memperingatkan bahwa negara-negara yang berencana untuk mengakui negara Palestina akan memicu langkah sepihak Israel untuk mencaplok permukiman Tepi Barat dan Lembah Yordan.
Ancaman itu muncul di tengah upaya yang dipimpin oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengadakan konferensi internasional di New York pada pertengahan Juni. Tujuan dari konferensi tersebut, yang didukung oleh Arab Saudi, adalah untuk mengumpulkan dukungan internasional bagi pengakuan Negara Palestina.
Sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada Israel Hayom bahwa Macron berupaya menetapkan 18 Juni sebagai tanggal ketika beberapa negara akan mengeluarkan deklarasi resmi yang mengakui Negara Palestina.
Langkah tersebut dilaporkan telah membuat marah pemerintah Israel, yang menuduh Macron melakukan “penipuan”, dengan mengeklaim bahwa dia sebelumnya telah meyakinkan Tel Aviv bahwa langkah tersebut tidak akan diambil
Sekadar diketahui, 149 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Negara Palestina.
Malta, salah satu negara Eropa, menjadi negara terbaru yang akan mengakui Negara Palestina pada bulan depan. Perdana Menteri Malta Robert Abela pada hari Minggu mengatakan langkah negaranya itu sebagai respons atas penderitaan warga Gaza akibat pengeboman brutal Israel.
“Kita tidak bisa menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan ini yang semakin parah setiap hari,” kata Abela, mengacu pada pengeboman brutal Israel di Gaza yang menewaskan hampir 54.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Abela mengatakan tindakan Malta merupakan tanggung jawab moral dan bahwa Palestina akan diakui setelah konferensi pada 20 Juni.
PM Abela juga terkejut dengan kematian tragis sembilan anak dokter anak Palestina, Dr Alaa Al-Najjar, pada hari Sabtu ketika pasukan Israel mengebom rumah mereka di Khan Younis, Gaza selatan. Pengeboman itu mengakibatkan luka kritis pada suaminya yang seorang dokter dan hanya menyisakan satu dari 10 anak mereka.
Malta siap menyambut Dr Alaa Al-Najjar dan keluarganya di negara Eropa tersebut, kata Abela.
Otoritas Palestina (PA) menyambut baik pengumuman Malta. Dalam sebuah pernyataan di X, Kementerian Luar Negeri PA mengatakan bahwa mereka yakin langkah Malta merupakan hasil dari komitmennya terhadap hukum internasional, sikap berprinsip, dan dukungan konsisten terhadap hak-hak rakyat Palestina dan perjuangan nasional mereka yang adil. (hanoum/arrahmah.id)