KNESSET (Arrahmah.id) – Kabinet keamanan “Israel” dijadwalkan menggelar pertemuan penting pada Ahad (19/5) malam waktu setempat untuk memutuskan sikap akhir terhadap usulan pertukaran tawanan dengan Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah (Hamas), di tengah tekanan internasional yang meningkat agar kesepakatan segera tercapai.
Hamas menegaskan bahwa masa kesepakatan parsial telah berakhir, mengisyaratkan bahwa kelompok tersebut kini menuntut kesepakatan menyeluruh yang mencakup penghentian agresi militer di Gaza.
Dikutip dari surat kabar Yedioth Ahronoth, para pejabat “Israel” menyebutkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan menghadapi tekanan besar dari komunitas internasional. Kabinet “Israel” disebut memberikan “kesempatan nyata” terhadap proposal yang disusun oleh utusan Amerika, Steve Whitkoff, namun menolak perubahan mendasar pada kerangka tersebut. Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu tetap bersikeras agar seluruh tawanan “Israel” dibebaskan tanpa menghentikan agresi militer.
Seorang pejabat senior “Israel” mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa “ini bukanlah sebuah sandiwara. Saatnya mengambil keputusan: kesepakatan atau perang.”
Sementara itu, situs Walla mengutip pejabat Amerika yang terlibat dalam negosiasi di Doha bahwa telah terjadi kemajuan dalam pembicaraan yang membahas kesepakatan pertukaran tawanan dan gencatan senjata, namun butuh beberapa hari untuk memastikan apakah kesepakatan benar-benar memungkinkan.
Di sisi lain, sumber-sumber Walla mengungkapkan bahwa Hamas bersedia membuka diskusi di mana setiap pihak dapat menyampaikan posisinya terkait tawaran tersebut. Namun menurut sumber Al Jazeera, delegasi perunding “Israel” di Doha tidak memiliki otoritas penuh untuk memutuskan isu-isu krusial yang menghambat tercapainya kesepakatan.
Perundingan Tanpa Syarat
Kanal “Kan” menyebutkan bahwa baik “Israel” maupun Hamas telah sepakat untuk melanjutkan negosiasi tanpa prasyarat sebagai upaya mendorong tercapainya terobosan. Situs Axios juga mengabarkan bahwa tim perunding telah merekomendasikan kepada Netanyahu untuk melanjutkan negosiasi karena terdapat peluang untuk menyelesaikan kesepakatan.
Netanyahu dikabarkan terus melakukan konsultasi dengan Menteri Pertahanan Yisrael Katz terkait kemungkinan memperluas operasi militer di Gaza apabila negosiasi gagal.
Sementara itu, keluarga para tawanan “Israel” mendesak pemerintah agar segera menghentikan perang dan memulangkan para tawanan. Dalam konferensi pers pada Sabtu (18/5), mereka menyatakan bahwa Netanyahu “mengobarkan perang demi kepentingan politik, melayani kepentingan minoritas ekstremis, dan menyeret rakyat ke dalam perang tanpa akhir.”
Mereka menegaskan bahwa membebaskan tawanan dan menghentikan perang adalah bagian dari “kepentingan nasional Israel.”
Ribuan warga “Israel” juga menggelar demonstrasi di Tel Aviv untuk mendukung keluarga para tawanan dan menuntut penghentian perang. Mereka menyampaikan kekhawatiran bahwa kelanjutan agresi hanya akan membahayakan keselamatan para tawanan yang tersisa.
Namun, demonstrasi tersebut diwarnai kekerasan oleh pendukung pemerintah yang menyerang peserta aksi, merampas bendera dan melakukan penghinaan, sebagaimana terekam dalam beberapa video. Serangan ini memicu kemarahan oposisi dan menambah tekanan terhadap pemerintahan Netanyahu.
Mantan Perdana Menteri “Israel” Ehud Barak dalam orasinya di hadapan para demonstran di Tel Aviv menegaskan bahwa pemerintahan Netanyahu “tidak kompeten” dan menyerukan aksi pembangkangan sipil untuk menjatuhkannya.

Pernyataan Menteri Luar Negeri AS
Dalam wawancara dengan CBS News, Menteri Luar Negeri Amerika Marco Rubio mengungkapkan bahwa ia telah berbicara langsung dengan Netanyahu terkait situasi Gaza dan upaya pembebasan tawanan. Rubio berharap akan ada kabar baik dalam waktu dekat, meskipun beberapa hambatan masih ada.
Ia menegaskan bahwa Washington tidak pernah berhenti berupaya mencapai solusi damai yang menjamin keamanan “Israel” dan mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza. Ia juga menyebut bahwa utusan khusus AS untuk Timur Tengah terus menangani isu ini secara intensif.
Rubio menambahkan bahwa AS memperhatikan dampak serangan militer terhadap warga sipil Gaza, termasuk serangan terhadap rumah sakit. Ia menyatakan bahwa perdamaian dan kemakmuran tidak akan tercapai di Gaza selama Hamas masih memegang senjata dan menguasai wilayah tersebut.
Menurutnya, perang di Gaza bisa segera berakhir apabila Hamas menyerah, melucuti senjatanya, dan membebaskan semua tawanan “Israel”.
(Samirmusa/arrahmah.id)