SIDON (Arrahmah.id) - Tentara pendudukan 'Israel' melancarkan serangkaian serangan udara di wilayah Lebanon selatan pada Rabu (24/12/2025), dengan klaim menargetkan lokasi peluncuran milik Hizbullah.
Serangan udara menghantam pinggiran kota Zifta dan al-Nemiriyeh di Distrik Nabatieh, kota Tibna di Distrik Sidon, serta pinggiran kota Wadi Houmine di Lebanon selatan, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera Arabic.
Menurut jaringan Al Mayadeen yang berbasis di Beirut, sedikitnya enam serangan udara tercatat menghantam wilayah Houmine di kawasan Iqlim al-Tuffah saja.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa pesawat tempur 'Israel' melancarkan “serangkaian serangan di Wadi al-Nemiriyeh, wilayah Nabatieh, dengan menembakkan sejumlah rudal udara-ke-darat yang ledakannya menggema ke seluruh area.”
Sekitar 15 menit kemudian, serangan udara kedua menargetkan Wadi Houmine. Serangan ini disebut terjadi bersamaan dengan aktivitas drone secara intensif di atas kota Doueir, Sharqiya, Nemiriyeh, Toul, Nabatieh, Zebdine, dan Jebchit.
Mengutip warga dan sumber lokal, Al Mayadeen melaporkan bahwa sebelum serangan udara, terjadi peningkatan signifikan aktivitas udara 'Israel' di sejumlah wilayah Lebanon selatan. Pesawat pengintai terbang sangat rendah di atas Houmine al-Tahta, sementara drone terlihat berputar-putar di wilayah Zahrani.
Selain itu, tembakan senapan mesin dilaporkan berasal dari posisi militer 'Israel' di Ruwaysat al-Alam ke arah pinggiran desa Kfar Shouba.
Juru bicara militer 'Israel', Avichay Adraee, mengklaim melalui X bahwa “sejumlah lokasi peluncuran milik Hizbullah” di Lebanon selatan telah diserang. Ia menyebut bangunan militer dan infrastruktur lainnya berhasil dihancurkan, serta menegaskan bahwa militer 'Israel' akan terus beroperasi untuk “menghilangkan setiap ancaman terhadap Negara 'Israel'” dan mencegah upaya Hizbullah membangun kembali kekuatannya.
Pelanggaran Gencatan Senjata Berulang
Serangan terbaru ini menyusul serangan udara 'Israel' pada Senin lalu yang menargetkan sebuah kendaraan di Distrik Sidon, menewaskan tiga orang, termasuk seorang tentara Lebanon, menurut Al Mayadeen.
Media Israel belakangan meningkatkan laporan mengenai rencana militer untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi Hizbullah jika pemerintah dan militer Lebanon gagal melucuti senjata kelompok tersebut sebelum akhir 2025, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera Arabic.
Laporan itu menambahkan bahwa perkembangan ini terjadi di tengah upaya internasional dan Arab untuk meredakan ketegangan di Lebanon selatan dan mencegah eskalasi menjadi konflik yang lebih luas dengan 'Israel'.
Prancis Akan Gelar Konferensi Internasional
Pada Kamis (18/12), Prancis mengumumkan akan menjadi tuan rumah konferensi internasional pada Februari 2026 untuk mendukung militer Lebanon, dengan partisipasi Prancis, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.
Kabinet Lebanon sebelumnya menyetujui resolusi untuk membatasi kepemilikan senjata hanya pada negara, termasuk senjata Hizbullah, serta menugaskan militer menyusun dan melaksanakan rencana tersebut sebelum akhir 2025.
Namun, Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem berulang kali menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan menyerahkan senjata dan menuntut diakhirinya pendudukan 'Israel' atas wilayah Lebanon. Sementara itu, Israel menuduh militer Lebanon gagal melaksanakan pelucutan senjata, tuduhan yang ditolak Beirut.
Lebih dari 4.000 Tewas
'Israel' telah membunuh lebih dari 4.000 orang dan melukai sekitar 17.000 lainnya selama ofensifnya terhadap Lebanon yang dimulai pada Oktober 2023 dan meningkat menjadi perang besar-besaran pada September 2024. Konflik tersebut berakhir dengan perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada November 2024.
Meski demikian, 'Israel' disebut telah melanggar gencatan senjata lebih dari 4.500 kali, mengakibatkan ratusan korban tewas dan luka-luka. 'Israel' juga masih menduduki lima bukit strategis di Lebanon, selain wilayah lain yang telah didudukinya selama puluhan tahun.
Mengutip data UNIFIL, Al Mayadeen melaporkan bahwa sejak gencatan senjata diberlakukan, 'Israel' telah melakukan lebih dari 7.500 pelanggaran wilayah udara dan hampir 2.500 pelanggaran darat. (zarahamala/arrahmah.id)
