GAZA (Arrahmah.id) – Faksi-faksi perlawanan Palestina meningkatkan kesiapsiagaan penuh di jajaran pejuangnya untuk menghadapi ancaman perluasan operasi darat ‘Israel’ di Jalur Gaza. Hal ini menyusul pertemuan Dewan Keamanan Mini ‘Israel’ pada Ahad malam (4/5/2025) yang berujung pada disetujuinya rencana baru untuk memperluas agresi militer.
Komandan lapangan dari sayap-sayap bersenjata menyatakan siap menghadapi semua skenario yang mungkin terjadi, termasuk upaya pendudukan kembali Gaza. Hal ini sesuai laporan saluran TV ‘Israel’ Channel 12 yang mengutip sumber dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Meskipun dalam pertemuan yang sama juga dibahas upaya untuk mencapai kesepakatan pembebasan tawanan sebelum kedatangan Presiden AS Donald Trump ke wilayah tersebut, kelompok-kelompok perlawanan tetap menganggap serius ancaman tersebut.
Persiapan Hadapi Perang
Komandan-komandan lapangan mengatakan bahwa keputusan ‘Israel’ untuk memperluas operasi militer sebenarnya bukan hal mengejutkan. Menurut mereka, ini merupakan kelanjutan dari eskalasi militer yang sudah dimulai sejak 18 Maret lalu, yang meliputi serangan udara, pengepungan, kelaparan massal, hingga pembersihan etnis.
Para pemimpin militer menegaskan bahwa perlawanan Palestina tidak menunggu keputusan ‘Israel’ untuk bergerak, melainkan merespons situasi dengan logika proaktif dan strategi pengurasan kekuatan lawan.
“Persiapan untuk pertempuran sudah berlangsung sejak hari pertama ‘Israel’ memutuskan kembali berperang,” ujar salah satu dari mereka. “Kami siap untuk saat di mana musuh bermimpi bisa kembali menduduki Gaza.”
Sepanjang masa gencatan senjata, perlawanan terus menyusun ulang prioritas militer, memperkuat kemampuan di lapangan, dan belajar dari berbagai bentrokan, baik yang langsung maupun tidak langsung, di seluruh wilayah Gaza.
Menurut mereka, respons terhadap invasi ‘Israel’ nanti akan langsung di medan pertempuran, dengan semua kemampuan yang dimiliki. “Kami punya manusia, keyakinan, dan tanah yang kami kenal luar dalam. Siapa pun yang masuk ke Gaza, akan keluar dengan luka, jika masih bisa keluar,” kata mereka.
Mereka juga mengingatkan bahwa ‘Israel’ pernah menarik diri dari Gaza pada 2005 karena alasan strategis yang kini bahkan lebih relevan, dan bahwa ekstremis sayap kanan ‘Israel’ tengah menyeret tentara ke dalam “perangkap Gaza” yang sama.
“Gaza bukan sekadar wilayah, tapi identitas dan arah perjuangan,” tegas mereka. “Siapa pun yang mencoba mendudukinya kembali akan membayar harga yang lebih mahal dari yang bisa mereka tanggung. Kami tetap di sini, dan akan terus bertarung hingga akhir.”
Gambaran Pertempuran Mendatang
Dari penjelasan para komandan militer lapangan, beberapa strategi utama perlawanan Palestina meliputi:
-
Perangkap mematikan: Menyusun rencana militer agar dapat menimbulkan kerugian maksimal bagi tentara ‘Israel’. Hal ini telah terlihat dari penyergapan terbaru di daerah timur Beit Hanoun, Hayy at-Tuffah, dan Rafah, hasil pengintaian panjang yang memastikan pasukan ‘Israel’ benar-benar masuk ke dalam jebakan.
-
Penyebaran pasukan kecil dan lincah: Kelompok-kelompok pejuang dibagi dalam unit kecil dan tersebar di titik-titik yang diprediksi akan menjadi jalur masuk tentara, guna memudahkan pergerakan dan memperbesar kerugian bagi musuh.
-
Pemanfaatan semua jenis senjata: Mulai dari peluncur Yassin 105 untuk kendaraan lapis baja, ranjau anti-personel, lokasi jebakan yang sudah dipasangi bahan peledak, senapan sniper buatan lokal, hingga memanfaatkan kembali roket ‘Israel’ yang gagal meledak.
-
Aktivasi kembali terowongan: Beberapa mulut terowongan yang rusak telah diperbaiki untuk digunakan menyerang pasukan ‘Israel’, seperti yang terlihat dalam video terbaru dari Brigade Al-Qassam yang memperlihatkan penyerangan terhadap kendaraan militer ‘Israel’ di timur Beit Hanoun.
-
Tahanan ‘Israel’ tetap di zona perang: Para tawanan ‘Israel’ tidak akan dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Menurut juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaida, setengah dari tawanan masih berada di zona yang diperintahkan ‘Israel’ untuk dievakuasi, dan tidak akan dipindahkan, dengan pengamanan ketat tapi penuh risiko.
-
Menjebak tentara ke dalam zona penyergapan: Usaha akan dilakukan untuk memancing tentara masuk lebih dalam ke zona yang telah dipasangi jebakan mematikan demi menimbulkan lebih banyak kerugian.
-
Target utama: Menawan tentara baru: Salah satu tujuan strategis utama adalah menawan lebih banyak tentara ‘Israel’, yang akan menjadi pukulan berat bagi pemerintah ‘Israel’, terutama karena mereka mengklaim pembebasan tawanan sebagai alasan utama invasi ini.
Komentar Pengamat ‘Israel’
Amos Harel, analis militer dari surat kabar Haaretz, memperingatkan: “Kita sedang berjalan menuju bencana baru di Gaza. Kita bisa kehilangan lebih banyak tentara dan tawanan, dan krisis kemanusiaan di pihak Palestina akan semakin parah. Kecil kemungkinan operasi ini akan benar-benar melemahkan Hamas.”
Sementara itu, reporter Channel 12 Israel menyatakan bahwa “kehebohan lebih besar daripada substansi rencananya. Faktanya, tentara ‘Israel’ telah menduduki lebih dari 30% wilayah Gaza, namun tidak berhasil menghancurkan Hamas ataupun membebaskan para tawanan.” (zarahamala/arrahmah.id)