GAZA (Arrahmah.id) – Serangan Israel di Gaza utara dilaporkan telah menewaskan lebih dari 50 orang sejak fajar menyingsing.
Jumlah korban tewas dari serangan semalam masih dihitung pada Senin pagi. Di antara target yang diserang adalah sebuah sekolah yang menampung para pengungsi di Kota Gaza dan sebuah rumah keluarga di Jabalia, menurut pejabat Pertahanan Sipil Palestina.
Sedikitnya 33 orang tewas dalam serangan di tengah malam di sekolah Fahmi al-Jarjawi di daerah Daraj, Kota Gaza, kata juru bicara Pertahanan Sipil Mahmud Bassal kepada kantor berita AFP.
Sekolah tersebut telah menampung “ratusan” orang, kata Bassal, dan menambahkan bahwa mereka yang tewas sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Puluhan orang terluka, tambahnya.
Militer “Israel” pada Senin (26/5/2025) mengklaim bahwa target serangan tersebut adalah sebuah pusat kendali Hamas dan Jihad Islam Palestina yang menampung “para teroris utama”.
“Sejumlah langkah telah diambil untuk mengurangi risiko melukai warga sipil,” klaimnya.
Dalam serangan terpisah terhadap sebuah kediaman di kota Jabalia di Jalur Gaza utara, 19 anggota keluarga Abd Rabbo terbunuh, menurut Bassal.
Sebuah kamp tenda di dekatnya di Kota Gaza juga menjadi sasaran, menurut laporan yang belum dikonfirmasi, menewaskan enam orang.
Sekolah-sekolah menjadi sasaran
Meskipun tekanan internasional semakin meningkat, yang mendorong “Israel” untuk mencabut blokade pasokan bantuan di tengah peringatan kelaparan yang semakin dekat, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan kembali pekan lalu bahwa “Israel” akan melakukan kampanye militer yang intensif hingga menguasai seluruh Gaza.
Hukum kemanusiaan internasional melarang serangan terhadap infrastruktur sipil, termasuk sekolah. Namun “Israel” telah berulang kali mengebom sekolah-sekolah, yang sebagian besar digunakan sebagai tempat berlindung bagi para pengungsi, selama perang 19 bulan di Gaza.
Setidaknya 50 orang tewas akibat serangan bom dan artileri pada November 2023 di Sekolah al-Buraq di Kota Gaza
Di Sekolah al-Tabin yang berdekatan, lebih dari 100 orang terbunuh saat mereka berkumpul untuk salat subuh pada Agustus tahun lalu. (haninmazaya/arrahmah.id)