YERUSALEM (Arrahmah.id) – Kelompok ‘Israel’ merilis sebuah video mengejutkan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI), yang menggambarkan kehancuran Masjid Al-Aqsha dan pembangunan kuil Yahudi di atas reruntuhannya.
Video berjudul “Next Year in Jerusalem” itu menjadi viral di berbagai platform ‘Israel’. Publikasinya muncul hanya beberapa hari setelah hampir 7.000 pemukim ‘Israel’ menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha selama perayaan Paskah Yahudi, di bawah penjagaan ketat polisi ‘Israel’.
Dalam video tersebut ditampilkan simulasi ledakan besar yang menghancurkan masjid. Di akhir video, tampak bangunan yang disebut sebagai “Kuil Ketiga” berdiri di lokasi bekas masjid.
Ini bukan pertama kalinya kelompok ‘Israel’ menyebarkan konten semacam ini. Pada bulan September lalu, kelompok bernama Temple Mount Activists juga mengunggah video AI lain berjudul “Alarm Bell”, yang menunjukkan kebakaran fiktif di Al-Aqsha dan menampilkan slogan “Kemenangan Terakhir” disertai seruan untuk membangun kuil.
Video-video semacam ini memicu kemarahan luas di berbagai wilayah.
Kecaman Internasional
Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam video tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk “hasutan sistematis” yang memperlihatkan ancaman nyata terhadap situs suci Islam dan Kristen di Yerusalem yang diduduki.
Hamas juga mengutuk keras video itu dan menyebutnya sebagai langkah berbahaya untuk menghapus identitas dan sejarah Palestina di Yerusalem.
Mesir dan Kuwait turut mengeluarkan pernyataan tegas pada Senin (21/4/2025).
Kementerian Luar Negeri Mesir menyebut video dan seruan para pemukim untuk menghancurkan masjid dan Kubah Batu sebagai “penghinaan berat terhadap umat Islam di seluruh dunia” dan menyerukan aksi global untuk menghentikan provokasi tersebut.
Sementara, Kementerian Luar Negeri Kuwait mengecam video tersebut sebagai “rasis dan provokatif”, serta memperingatkan tentang dampak seriusnya. Mereka menuntut perlindungan internasional bagi rakyat Palestina dan situs-situs suci mereka.
Klaim Sepihak ‘Israel’
Sementara itu, kelompok-kelompok ‘Israel’ terus mendorong pengambilalihan penuh atas kompleks Al-Aqsha. Mereka mengklaim bahwa dahulu di lokasi tersebut pernah berdiri kuil Yahudi kuno.
Namun, banyak sejarawan dan arkeolog menolak klaim tersebut. Tidak ada bukti arkeologis yang jelas bahwa kuil pernah berdiri tepat di bawah kompleks Al-Aqsha.
Penyerbuan pemukim ke kompleks Al-Aqsha mulai diizinkan oleh polisi ‘Israel’ sejak 2003, meski ditentang oleh Waqf Islam yang bertanggung jawab atas pengelolaan tempat suci tersebut. Serangan dan penyerbuan ini meningkat drastis, terutama saat hari-hari besar Yahudi.
Masjid Al-Aqsha merupakan situs suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Banyak yang khawatir bahwa ‘Israel’ memanfaatkan momen keagamaan dan kekerasan oleh pemukim untuk secara perlahan mengubah status quo di kompleks masjid tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)