TEL AVIV (Arrahmah.id) – Media “Israel” mempertanyakan makna sebenarnya di balik pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh Hamas melalui seremoni penyerahan tawanan “Israel”. Menurut laporan, Hamas tidak hanya mengatur acara tersebut, tetapi juga memanfaatkannya untuk mengirimkan pesan baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Hamas Tak Peduli Ancaman “Israel”
Para analis menegaskan bahwa Hamas tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap ancaman dari “Israel”. Sebaliknya, mereka merespons dengan tantangan terbuka, yang mencerminkan kepercayaan diri mereka terhadap posisi politik dan militer mereka.
Dalam diskusi di Channel 12 “Israel”, seorang pembawa acara mempertanyakan tujuan utama Hamas dalam seremoni ini, terutama karena para tawanan “Israel” tampak dalam kondisi yang sulit.
Sementara itu, Channel 13 menyoroti sikap Hamas yang tidak menggubris peringatan dari “Israel”. Sebaliknya, Hamas justru mengirimkan ancaman secara langsung.
Kepercayaan Diri Hamas dalam Pertukaran Tawanan
Analis urusan Palestina, Hezi Simantov, menegaskan bahwa Hamas tidak peduli dengan tekanan dari “Israel”. Ia menekankan bahwa Hamas ingin mempercepat tahap kedua dari pertukaran tawanan, dan jika kesepakatan tertunda, mereka mungkin akan menunda penyerahan tawanan berikutnya.
Seorang pembawa acara Channel 12 menambahkan bahwa rekaman dari Gaza memperlihatkan Hamas masih memegang kendali penuh atas wilayah tersebut.
Sementara itu, Michael Milshtein, kepala studi Palestina di Universitas Tel Aviv, menyatakan bahwa Hamas ingin mengirimkan pesan tegas bahwa mereka tetap menjadi penguasa dan pihak yang berkuasa di Gaza. Hal ini, menurutnya, bertentangan dengan narasi “Israel” yang ingin menciptakan skenario “hari setelah Hamas” di Gaza.
“Israel” Gagal Menghadapi Hamas?
Mantan Perdana Menteri “Israel”, Ehud Barak, mengkritik kebijakan pemerintah “Israel” dalam menangani situasi di Gaza. Menurutnya, kelangsungan kekuasaan Hamas merupakan akibat dari “kebutaan strategis” yang menimpa kepemimpinan “Israel”.
Ia menambahkan bahwa menghancurkan Hamas tidak bisa hanya dengan memburu para pejuangnya atau menghancurkan persenjataannya, tetapi harus dengan menciptakan alternatif yang benar-benar mampu memerintah Gaza.
Sementara itu, Channel i24 menyoroti fakta bahwa setiap kali terjadi pertukaran tawanan, senjata-senjata Hamas tetap terlihat di Gaza, membuktikan bahwa operasi militer “Israel” gagal mencapai tujuannya.
Analis militer Yossi Yehoshua menegaskan bahwa “Israel” tidak berhasil mengalahkan Hamas, baik secara militer maupun politik. Menurutnya, hal ini memang bukan hal yang mengejutkan, tetapi tetap menjadi tantangan besar bagi pemerintah “Israel”.
Dalam konteks yang sama, jurnalis Avri Gilad dari Channel 12 menyoroti gambar-gambar yang beredar tentang kondisi tawanan “Israel” dan Palestina. Ia mencatat bahwa kedua belah pihak tampak dalam kondisi yang buruk, mencerminkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi oleh para tawanan di kedua kubu.
Ia juga mencatat bahwa reaksi publik di media sosial terhadap gambar-gambar ini cukup besar, yang semakin menambah tekanan terhadap kepemimpinan “Israel”.
Kesimpulan
Seremoni penyerahan tawanan ini tidak hanya menjadi momen pertukaran, tetapi juga panggung bagi Hamas untuk memperlihatkan kekuatan dan mengirimkan pesan strategis. Sikap mereka yang tidak gentar terhadap ancaman “Israel” serta kemampuannya mengelola situasi di Gaza menunjukkan bahwa Hamas masih menjadi pemain utama dalam dinamika politik dan militer di wilayah tersebut.
(Samirmusa/arrahmah.id)