MOSKOW (Arrahmah.id) – Pengadilan Rusia telah menjatuhkan hukuman penjara selama hampir tiga tahun kepada Daria Kozyreva, seorang aktivis muda yang menggunakan puisi dan grafiti dari abad ke-19 untuk memprotes perang di Ukraina.
Seorang saksi dari kantor berita Reuters di pengadilan pada Jumat (18/4/2025) mengatakan bahwa Kozyreva, (19), dinyatakan bersalah karena berulang kali “mendiskreditkan” tentara Rusia setelah ia memasang poster dengan baris-baris syair Ukraina di sebuah lapangan umum dan memberikan sebuah wawancara kepada Sever.Realii, layanan berbahasa Rusia dari Radio Free Europe.
Ia dijatuhi hukuman dua tahun delapan bulan penjara.
Pada Jumat, Kozyreva mengaku tidak bersalah, menyebut kasus yang menimpanya sebagai “satu rekayasa besar”, menurut transkrip persidangan yang disusun oleh Mediazona, sebuah outlet berita independen.
“Saya tidak bersalah. Hati nurani saya bersih,” katanya, menurut transkrip Mediazona.
“Karena kebenaran tidak pernah bersalah.”
Pada Desember 2022, saat usianya baru 17 tahun, Kozyreva menyemprotkan kata-kata, “Pembunuh, Anda mengebomnya. Pembunuh,” dengan cat hitam pada patung dua hati yang saling terkait, didirikan di luar Museum Hermitage Sankt Peterburg yang melambangkan hubungan kota itu dengan Mariupol, sebuah kota di Ukraina yang sebagian besar rata dengan tanah saat pengepungan pada awal tahun itu.
Pada awal 2024, setelah didenda 30 ribu rubel (370 dolar AS) karena mengunggah tulisan tentang Ukraina secara daring, Kozyreva dikeluarkan dari fakultas kedokteran Universitas Negeri Sankt Peterburg, lansir Al Jazeera.
Sebulan kemudian, pada peringatan kedua perang, ia menempelkan selembar kertas yang berisi penggalan syair karya Taras Shevchenko, bapak sastra Ukraina modern, pada sebuah patung dirinya di sebuah taman di Sankt Peterburg:
“Oh, kuburlah aku, lalu bangkitlah / Dan hancurkan rantai-rantai beratmu / Dan siramlah dengan darah para tiran / Kebebasan yang telah kamu raih.”
Kozyreva dengan cepat ditangkap dan ditahan dalam penahanan pra-persidangan selama hampir satu tahun, hingga akhirnya ia dibebaskan pada Februari lalu sebagai tahanan rumah.
‘Dihukum karena mengutip puisi’
Natalia Zviagina, direktur Amnesti Internasional untuk Rusia, mengatakan bahwa vonis hari Jumat itu “merupakan pengingat yang mengerikan tentang seberapa jauh pihak berwenang Rusia akan berusaha membungkam oposisi damai terhadap perang mereka di Ukraina”.
“Daria Kozyreva dihukum karena mengutip sebuah puisi klasik Ukraina abad ke-19, karena berbicara menentang perang yang tidak adil dan karena menolak untuk diam,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Kami menuntut pembebasan Daria Kozyreva dan semua orang yang dipenjara di bawah ‘hukum sensor perang’ dengan segera dan tanpa syarat.”
Kozyreva saat ini adalah salah satu dari sekitar 234 orang yang dipenjara di Rusia karena sikap antiperang mereka, menurut penghitungan yang dilakukan oleh Memorial, sebuah kelompok hak asasi manusia Rusia yang memenangkan Hadiah Nobel.
Penangkapan atas tuduhan mata-mata dan pengumpulan data sensitif juga semakin sering terjadi di Rusia sejak negara itu memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
Evan Gershkovich, seorang reporter dari Wall Street Journal, ditangkap tahun lalu karena dicurigai mencoba mendapatkan rahasia militer dan didakwa melakukan spionase, dengan ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara, dan saat ini ia masih berada dalam tahanan untuk menunggu persidangan. Amerika Serikat telah menyatakan bahwa ia “ditahan secara tidak sah” dan sedang mengupayakan pembebasannya.
Wartawan Rusia-Amerika, Alsu Kurmasheva, ditangkap Oktober lalu dan sedang menunggu persidangan atas tuduhan termasuk gagal mendaftar sebagai “agen asing”. Dia juga ditahan sambil menunggu persidangan. (haninmazaya/arrahmah.id)