KABUL (Arrahmah.id) – Dalam sebuah diskusi di X Spaces, Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam Afghanistan, mengakui adanya perbedaan sudut pandang di antara para anggotanya, namun menekankan bahwa hal ini tidak menyiratkan adanya perselisihan atau konflik.
Mujahid menepis pernyataan Presiden AS tentang merebut kembali Pangkalan Udara Bagram dan peralatan militer yang tersisa, dan menyebutnya sebagai spekulasi belaka. Ia menegaskan bahwa Pangkalan Udara Bagram saat ini berada di bawah kendali Afghanistan, dan tidak ada kesepakatan untuk menyerahkannya kepada Cina atau Amerika Serikat, lansir Tolo News (5/2/2025).
Menanggapi laporan-laporan baru-baru ini, Mujahid mengatakan: “Akhir-akhir ini, kami telah melihat informasi palsu dan propaganda tak berdasar disebarkan, yang hanya berupa rumor yang bertujuan untuk menyesatkan persepsi publik. Tindakan ini terjadi karena akses ke media sekarang sangat mudah; namun, tidak ada yang bisa memaksakan berita palsu dan propaganda kepada orang lain, karena semuanya menjadi jelas dalam waktu singkat.”
Dia juga menyoroti bahwa Imarah Islam Afghanistan telah membuat kemajuan dalam hubungan luar negeri, tetapi keterlibatan membutuhkan upaya bersama.
Berbicara mengenai kebijakan luar negeri, Mujahid mengatakan: “Amerika Serikat tetap menjadi pemain global utama, dan negara-negara lain berinteraksi dengannya dengan hati-hati atau takut. Namun, yang kami minta adalah agar negara-negara tersebut dapat berinteraksi dengan kami secara mandiri dan tidak memerlukan persetujuan AS.”
Fazal Rahman Oria, seorang analis politik, mengatakan kepada Tolo News: “Interaksi secara alamiah harus bersifat timbal balik, dan ini merupakan kepentingan semua pihak -termasuk negara-negara Barat, AS, dan Afghanistan- untuk memiliki keterlibatan yang positif.”
Sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa Pangkalan Udara Bagram kini berada di bawah kendali Cina. (haninmazaya/arrahmah.id)