KABUL (Arrahmah.id) – Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam, menggambarkan hubungan dengan Tajikistan sebagai hubungan yang positif dan menekankan bahwa tidak ada masalah antara kedua negara.
Ia menyoroti pentingnya memperkuat rasa saling percaya dengan negara-negara tetangga dan menyatakan bahwa isu-isu keamanan dan perbatasan antara Afghanistan dan Tajikistan ditangani berdasarkan prinsip-prinsip internasional, lansir Tolo News (5/5/2025).
Juru bicara Imarah Islam menyatakan: “Kami menjamin bahwa tidak ada bahaya yang akan datang ke Tajikistan atau negara lain dari tanah Afghanistan. Selain itu, masalah keamanan dan perbatasan antara kedua negara dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip antar pemerintah. Afghanistan menjaga hubungan baik dengan para pejabat perbatasan di sisi lain dan kerja sama telah dilakukan -dan terus berlanjut- dalam mencegah penyelundupan di daerah-daerah tertentu.”
Janat Faheem Chakari, seorang analis politik, menyatakan: “Peran Afghanistan dalam hubungan dengan negara-negara tetangganya sangat penting, dan hubungan persahabatan harus dipertahankan, terutama dengan Tajikistan, di mana lawan-lawan politik Emirat Islam berada. Hal ini membuat hubungan Afghanistan-Tajikistan tetap bersahabat.”
Meskipun Imarah Islam telah menikmati hubungan yang relatif baik dengan beberapa negara tetangga -seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dan Iran- hubungannya dengan Pakistan kadang-kadang tegang, dengan bentrokan yang sesekali terjadi di antara kedua belah pihak.
Tajikistan, dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya, memiliki keterlibatan yang lebih terbatas dengan Imarah Islam.
Sayed Abdullah Sadeq, seorang pakar urusan politik, menyatakan: “Afghanistan, Pakistan, Iran, dan Tajikistan memiliki kesamaan sejarah, bahasa, dan agama. Hal ini dapat digunakan sebagai faktor strategis untuk membina hubungan yang lebih kuat di antara negara-negara ini. Afghanistan juga harus mengejar kebijakan luar negeri yang fleksibel mengingat kondisi nasional, regional, dan internasional.”
Aziz Maarij, mantan diplomat, mengatakan: “Dengan bangkitnya Imarah Islam di Afghanistan, negara-negara tetangga menjadi khawatir akan keamanan internal mereka. Ketidakstabilan regional tetap menjadi perhatian utama. Kecuali jika Imarah Islam membentuk pemerintahan permanen, non-interim, menyusun konstitusi bersama hukum Syariah, dan mengambil langkah serius untuk memastikan hak-hak perempuan, negara-negara ini akan terus meragukan stabilitas jangka panjang Afghanistan.”
Meskipun lebih dari 20 misi diplomatik dari berbagai negara saat ini aktif di Kabul, dan Imarah Islam memiliki lebih dari 40 kantor politik di luar negeri, tidak ada negara -termasuk negara tetangga Afghanistan- yang secara resmi mengakui Imarah Islam hingga saat ini. (haninmazaya/arrahmah.id)