IDLIB (Arrahmah.id) — Orang-orang bersenjata bertopeng menyerang gedung Mazaj di kota Sarmada, tempat penyanyi populer Suriah Mohammed Al-Sheikh akan tampil di sebuah acara yang disebut sebagai “perayaan kemenangan”, pada hari Jumat (23/5/2025).
Dilansir Enab Baladi (23/5), acara tersebut, yang diselenggarakan untuk 400 hingga 500 orang, dipandang sebagai peringatan simbolis atas runtuhnya rezim Assad pada bulan Desember 2024.
Manajer gedung tersebut, Khaled Othman, mengatakan kepada Enab Baladi, bahwa ia menerima permintaan pemesanan sehari sebelum insiden tersebut.
Saat tempat tersebut tengah dipersiapkan pada Jumat sore, sekelompok pria bersenjata bertopeng menyerbu gedung, merusak peralatan, menghina staf, dan melepaskan tembakan ke dalam gedung.
Pasukan keamanan dari otoritas lokal Idlib dilaporkan merespons dan melakukan serangkaian penangkapan di sekitar lokasi, meskipun identitas para penyerang masih belum diketahui. Kerusakan di aula tersebut diperkirakan mencapai sekitar $10.000.
“Saya masih belum tahu mengapa kami menjadi sasaran,” kata Othman.
Video yang beredar daring menunjukkan para penyerang bertopeng meneriakkan ayat-ayat Al Quran sambil menghancurkan pengeras suara dan peralatan suara.
Rekaman tersebut mirip dengan insiden sebelumnya di Idlib di mana beberapa kelompok Islam menindak tegas apa yang mereka anggap sebagai kegiatan yang tidak Islami.
Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, sifat serangan tersebut — yang menargetkan musik, ikhtilat, dan perayaan bergaya sekuler — diduga kuat melibatkan kelompok Islam, ujar sejumlah pihak.
Penyanyi Mohammed Al-Sheikh, yang menghabiskan bertahun-tahun mengasingkan diri di Turki, telah mengadakan beberapa konser di Suriah utara sejak runtuhnya rezim Assad. Konser hari Jumat telah diiklankan beberapa pekan sebelumnya tetapi tiba-tiba dibatalkan setelah serangan itu.
Insiden itu menggemakan ketegangan masa lalu di Idlib, di mana acara yang dianggap tidak pantas secara moral, seperti musik, festival publik, dan ikhtilat akan berhadapan dengan penolakan.
Pada akhir tahun 2023, kejadian serupa terjadi di Al-Hamra Mall, Idlib. Saat itu terdengar tembakan dari sejumlah kelompok yang menuduh penyelenggara mempromosikan amoralitas fan bertentangan dengan undang-undang moralitas yang pertama kali diperkenalkan di bawah Pemerintahan Keselamatan.
Undang-undang tersebut kemudian dengan cepat menjadi titik api ketegangan antara kelompok Islam dan sebagian penduduk sipil. (hanoum/arrahmah.id)