GAZA (Arrahmah.id) - Menteri Pertahanan 'Israel', Israel Katz, pada Kamis (25/12/2025) menyatakan bahwa Tel Aviv “tidak akan pernah meninggalkan” Jalur Gaza dan berencana membentuk “unit sipil-militer” di wilayah utara Gaza, sebagai pengganti permukiman yang sebelumnya dibongkar.
“Kami berada jauh di dalam Gaza, dan kami tidak akan pernah meninggalkan Gaza,” kata Katz dalam sebuah video yang dibagikan Al Jazeera.
“Seiring waktu, termasuk di Gaza utara, kami akan membangun unit sipil-militer sebagai pengganti permukiman yang telah dibongkar,” tambahnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Katz dalam sebuah konferensi pendidikan, sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency dengan mengutip harian Haaretz.
Katz sebelumnya melontarkan pernyataan serupa pada Selasa (22/12) terkait rencana pembangunan permukiman di Gaza utara. Media berbahasa Ibrani melaporkan bahwa pernyataan itu memicu kemarahan pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan membuat Katz sempat menarik ucapannya sebagian.
Katz mengatakan bahwa pembentukan pos-pos Nahal di Gaza utara bisa dilakukan “secara terorganisir ketika waktunya tiba.”
Pos Nahal merupakan kerangka permukiman berbasis pemuda yang berada di bawah pengawasan Brigade Nahal Angkatan Darat 'Israel', menggabungkan dinas militer dengan aktivitas permukiman, menurut media 'Israel'.
Tepi Barat yang Diduduki
Menepis laporan bahwa ia telah mencabut pernyataannya, Katz menegaskan 'Israel' akan menerapkan “kedaulatan de facto” di Gaza, serupa dengan kebijakan 'Israel' di Tepi Barat yang diduduki.
Sejak dimulainya operasi militer di Gaza dua tahun lalu, 'Israel' juga meningkatkan langkah-langkah yang bertujuan mencaplok Tepi Barat, termasuk penghancuran rumah, pemindahan paksa, dan perluasan permukiman, menurut otoritas Palestina.
Pencaplokan Tepi Barat secara efektif akan mengakhiri peluang solusi dua negara sebagaimana diamanatkan dalam resolusi-resolusi PBB.
Sekitar 750.000 pemukim Israel ilegal saat ini tinggal di ratusan permukiman di seluruh Tepi Barat yang diduduki, termasuk sekitar 250.000 di Yerusalem Timur. Para pemukim tersebut dilaporkan hampir setiap hari melakukan serangan terhadap warga Palestina untuk memaksa mereka meninggalkan tanahnya, menurut pejabat Palestina.
Katz mengatakan visinya sejak awal operasi di Gaza mencakup pendirian pos-pos militer Nahal di Gaza utara, serta sekolah-sekolah keagamaan dan fasilitas lainnya.
Terkait Tepi Barat, Katz menyebut 'Israel' tengah menerapkan kebijakan “kedaulatan praktis”, seraya menambahkan bahwa kondisi saat ini belum memungkinkan deklarasi aneksasi secara resmi, meski langkah-langkah seperti pemindahan warga Palestina, pengerahan pasukan, dan perluasan permukiman terus dilakukan. (zarahamala/arrahmah.id)
