ISTANBUL (Arrahmah.id) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima kunjungan Presiden Suriah Ahmad Asy-Syaraa pada Sabtu (24/5/2025) di kota Istanbul. Ini merupakan kunjungan ketiga Asy-Syaraa ke Turki sejak ditunjuk sebagai presiden dalam pemerintahan transisi Suriah.
Menurut laporan Aljazeera, pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi dari kedua negara, di antaranya Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, Menteri Pertahanan Yasar Guler, dan Kepala Badan Intelijen Nasional Turki Ibrahim Kalin. Dari pihak Suriah, turut hadir Menteri Luar Negeri As’ad asy-Syaibani dan beberapa pejabat senior lainnya.
Pertemuan ini disebut membahas berbagai isu penting, termasuk penguatan hubungan bilateral antara Turki dan Suriah, penghapusan sanksi internasional terhadap Suriah, serta agresi militer “Israel” terhadap wilayah Suriah.
“Pertemuan ini juga menjadi momen strategis untuk membahas perkembangan regional dan internasional, termasuk upaya rekonstruksi Suriah pascaperang serta penguatan kerja sama ekonomi dan keamanan,” tulis laporan tersebut.
Selain itu, agenda penting lainnya yang turut dibahas adalah masa depan pasukan Qasad (Pasukan Demokratik Suriah/ Syrian Democratic Forces) dan kemungkinan integrasi mereka ke dalam institusi negara dalam kerangka rekonsiliasi nasional.
Kunjungan ini bersifat mendadak dan tidak diumumkan sebelumnya kepada publik. Hanya dua hari sebelumnya, Kepala Intelijen Turki Ibrahim Kalin diketahui melakukan kunjungan ke Damaskus dan bertemu langsung dengan Presiden Asy-Syaraa.
Sebagai informasi, ini merupakan kunjungan ketiga Asy-Syaraa ke Turki setelah sebelumnya mengunjungi negara tersebut pada Februari dan April lalu. Pemerintahan transisi Suriah yang dipimpin oleh Asy-Syaraa mulai dibentuk pada awal April 2025, dengan sejumlah keputusan penting seperti pembubaran faksi-faksi bersenjata, lembaga keamanan warisan rezim lama, Dewan Rakyat, serta pembubaran Partai Ba’ats yang telah lama mendominasi politik Suriah.
Perlu diketahui, pada 8 Desember 2024 lalu, berbagai faksi revolusioner berhasil menguasai ibu kota Damaskus setelah serangkaian kemenangan di sejumlah kota besar lainnya. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan rezim Partai Ba’ats yang telah berkuasa selama 61 tahun, termasuk 53 tahun pemerintahan keluarga Assad.
(Samirmusa/arrahmah.id)