LATAKIA (Arrahmah.id) -- Bentrok pecah antara pasukan keamanan Suriah dan para demonstran yang dipimpin oleh minoritas agama Alawi, seiring meningkatnya tekanan terhadap Presiden Ahmad Asy Syaraa untuk menyelesaikan sengketa sektarian yang telah lama berlangsung.
Warga turun ke jalan di kota-kota pesisir Latakia, Tartus, dan wilayah lain pada ahad (28/12/2025) untuk memprotes pengeboman sebuah tempat ibadah Alawi di Homs pekan lalu, yang menewaskan sedikitnya delapan orang. Sebagian demonstran menyerukan otonomi lokal yang lebih besar, tuntutan yang ditolak oleh pemerintah.
Pasukan keamanan, didukung kendaraan lapis baja, dikerahkan secara besar-besaran ke wilayah tersebut sebagai respons.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, sebuah jaringan aktivis yang melaporkan kondisi di negara itu, para demonstran diserang oleh kelompok pro-pemerintah dan dua orang tewas akibat tembakan peluru tajam.
Suriah telah menyaksikan beberapa gelombang kekerasan sektarian sejak Syaraa menggulingkan mantan pemimpin Bashar Al-Assad sedikit lebih dari setahun lalu. Pemberontakan terhadap kekuasaan keluarga Assad pada 2011 berubah menjadi perang saudara yang memperdalam sentimen sektarian, menghancurkan sebagian besar perekonomian negara, dan memaksa jutaan orang mengungsi.
Kementerian Dalam Negeri menyalahkan kekerasan tersebut pada orang-orang bersenjata yang berafiliasi dengan Assad, yang berasal dari kelompok Alawi. Salah satu korban di Latakia adalah seorang polisi, tambah kementerian tersebut.
Kantor berita pemerintah Sana mengatakan bahwa aksi protes tersebut “dimanfaatkan” oleh kubu pro-Assad.
Pengeboman tempat ibadah pekan lalu diklaim oleh sebuah kelompok Islamis Sunni, yang juga mengaku bertanggung jawab atas serangan serupa terhadap sebuah gereja di pinggiran Damaskus pada Juni lalu. (hanoum/arrahmah.id)
