JAKARTA (Arrahmah.id) – Pendakwah muda beraliran Salafi, Riyadh Bajrey, kembali menuai kontroversi usai menyebut bahwa minum khamr lebih baik daripada mengikuti kajian berbayar. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah video yang diunggah di YouTube pada Jumat, 3 Mei 2025, dan kini telah menyebar luas di berbagai platform media sosial.
“Minum khamr itu maksiat. Tapi menjual kajian agama, itu memperdagangkan ilmu syar’i. Itu lebih rendah. Saya lebih respek sama peminum khamr daripada penjual kajian,” ujar Riyadh dalam video berdurasi sekitar tiga menit itu.
Pernyataan tersebut sontak memicu reaksi keras dari publik. Banyak warganet menilai perbandingan yang dilontarkan Riyadh tidak hanya keliru secara nalar, tetapi juga melecehkan para ustadz yang menyelenggarakan kajian berbayar secara terbuka dan transparan.
“Ini bukan soal memperjualbelikan agama, tapi bentuk profesionalitas dalam menyebarkan ilmu. Bandingannya sangat tidak etis,” tulis seorang pengguna X.
Riyadh Bajrey dikenal sebagai pendakwah muda asal Indramayu yang aktif di media sosial. Ia menempuh pendidikan agama di Pondok Pesantren Al-Irsyad Semarang dan melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Dalam berbagai ceramahnya, Riyadh kerap mengangkat tema kritik terhadap praktik keagamaan yang menurutnya menyimpang, namun tak jarang penyampaiannya menuai kontroversi.
Hingga berita ini diterbitkan, Riyadh belum memberikan klarifikasi resmi atas pernyataan tersebut. Sejumlah tokoh dan aktivis dakwah menyerukan agar para dai lebih bijak dalam menyampaikan pandangan, serta tidak merendahkan sesama pendakwah hanya karena perbedaan pendekatan dalam menyebarkan ilmu agama.
(Samirmusa/arrahmah.id)