TEL AVIV (Arrahmah.id) — Tentara Israel-Amerika Serikat (AS) Edan Alexander, yang dibebaskan dari tahanan di Gaza, menolak bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump.
Dilansir Kan (13/5/2025), penolakan yang disampaikannya pada Senin (12/5) malam menambah ketegangan yang terus meningkat atas penanganan Netanyahu terhadap berkas tahanan Israel.
Kantor Netanyahu mengklaim bertanggung jawab atas pembebasan Alexander.
Dalam pernyataan resmi, disebutkan bahwa perdana menteri memimpin upaya utama dan bahwa Presiden AS Donald Trump hanya “membantu”.
Pernyataan itu menyusul pembebasan Alexander, yang dijamin melalui pembicaraan langsung antara kelompok perlawanan Palestina Hamas dan pemerintahan Trump, dengan mengecualikan Israel.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh sayap bersenjata Hamas November lalu, Alexander mengkritik keras Netanyahu. Ia menuduh pemimpin Israel itu menelantarkan tahanan Israel dan mendesak Trump, yang saat itu menjadi Presiden terpilih, untuk mengamankan pembebasannya.
“Anda mengabaikan kami,” kata Alexander dalam rekaman itu. “Kami mati seribu kali setiap hari, dan tidak ada yang merasakan penderitaan kami.”
Ia memohon kepada masyarakat Israel untuk menekan pemerintah. Ia juga mengecam kebijakan AS di bawah mantan Presiden Joe Biden, dengan mengatakan senjata AS membantu membunuh sesama tahanan Israel di Gaza.
“Jangan biarkan saya mati seperti Hersh,” katanya, merujuk pada Hersh Goldberg-Polin, seorang tahanan Amerika-Israel yang diyakini tewas dalam serangan Israel.
Alexander telah berulang kali mendesak Netanyahu untuk menghentikan perang, menyetujui pertukaran tahanan, dan menghentikan serangan yang membahayakan tahanan Israel.
Meskipun ada permohonan ini, Netanyahu terus menyerang. Banyak analis dan keluarga tahanan percaya Israel mungkin telah menargetkan tempat-tempat penahanan dengan sengaja, mencoba menghapus berkas tahanan Israel dengan paksa.
Alexander (21) ditangkap dari sebuah tank saat bertugas di militer Israel pada 7 Oktober 2023. Ia bertugas di militer Israel karena komitmen ideologis. Ibunya mengatakan ia mengetahui bahwa ia masih hidup dari seorang tahanan wanita yang menemuinya di tahanan. Dia meminta air, dan para penjaga mengizinkannya minum sebelum memisahkan mereka.
Meskipun Netanyahu mengklaim keberhasilannya, kemarahan publik terus meningkat. Ratusan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv hari ini, menuntut pemerintah membawa kembali sisa tahanan.
Sementara itu, keluarga Alexander mengatakan dia akan segera pergi ke Doha untuk bertemu Presiden Trump dan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani. Trump memainkan peran langsung dalam memediasi pembebasannya.
Netanyahu mengatakan negosiasi akan terus berlanjut tetapi hanya “di bawah tekanan.” Dia juga mengumumkan bahwa sebuah tim akan menuju Doha untuk berunding, meskipun serangan Israel terus berlanjut. (hanoum/arrahmah.id)