GROZNY (Arrahmah.id) — Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu pada Senin (5/5/2025) malam menyerukan pengeboman gudang makanan Gaza dan membuat warga Palestina kelaparan di Gaza, dalam pernyataan yang menghasut Israel terhadap warga Gaza yang mengalami genosida Israel.
“Tidak ada masalah dalam mengebom cadangan makanan kelompok perlawanan Palestina Hamas,” kata menteri ekstremis itu kepada Channel 7 Israel (5/5) dalam sebuah wawancara.
“Mereka harus dibiarkan kelaparan. Jika ada warga sipil yang takut akan keselamatan jiwa mereka, mereka harus mengikuti rencana emigrasi,” kata dia.
“Saat keadaan menjadi sulit bagi mereka, akan sulit pula bagi Hamas. Tidak ada masalah untuk mengebom cadangan bahan bakar dan makanan Hamas,” imbuh Eliyahu, yang merupakan anggota partai ekstremis Kekuatan Yahudi (Otzma Yehudit) yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional garis keras Itamar Ben-Gvir.
Eliyahu mengatakan bahwa memasukkan bantuan ke Gaza tidak ada hubungannya dengan “etika Yahudi,” dan mengklaim bahwa mereka tidak boleh “memberi makan orang-orang yang memerangi kita.”
“Jika kehidupan warga sipil menjadi sulit, maka Hamas pun akan mengalami kesulitan,” ujar dia.
Pada November 2023, Eliyahu, yang memiliki retorika ekstremis terhadap Palestina, mengatakan bahwa menjatuhkan “bom nuklir” di Jalur Gaza adalah “sebuah pilihan.”
Pada Senin, Ben-Gvir menegaskan kembali desakannya untuk membuat warga Palestina di Gaza kelaparan sebagai bagian dari perang genosida yang sedang berlangsung.
Menurut Channel 14 Israel, Ben-Gvir mengatakan “satu-satunya bantuan yang boleh masuk ke Gaza adalah untuk tujuan migrasi sukarela,” sebuah ekspresi jelas dari agenda deportasi yang ditujukan untuk mengosongkan daerah kantong itu dari penduduk asli dengan kedok perang genosida.
Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyerukan untuk “mengambil alih” Gaza dan memukimkan kembali penduduknya untuk mengembangkannya menjadi tujuan wisata. Rencananya ditolak oleh dunia Arab dan banyak negara lain, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.
Otoritas Israel mengungkapkan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, dengan 24 orang diyakini masih hidup. Sebaliknya, lebih dari 9.500 warga Palestina masih dipenjara di Israel dalam kondisi yang buruk, termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut organisasi hak asasi manusia Palestina dan Israel.
Lebih dari 52.500 warga Palestina tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (hanoum/arrahmah.id)