DAMASKUS (Arrahmah.id) -- Suriah akan mulai menukar mata uang lama dengan yang baru pada 1 Januari 2026. Langkah ini dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi setelah negara tersebut keluar dari pemerintahan diktator Bashar Assad tahun lalu.
Pemerintah baru Suriah, dipimpin Presiden Ahmad asy Syaraa, berupaya membangun kembali institusi negara dan menghidupkan ekonomi setelah lebih dari satu dekade perang, sanksi, dan isolasi keuangan yang membuat nilai mata uang lokal melemah.
"Bank sentral diberikan wewenang untuk menentukan batas waktu penukaran dan lokasinya," katanya seperti dilansir dari Daily Sabah (26/12/2025).
Dia menambahkan otoritas moneter di bawah Gubernur Bank Sentral Suriah, Abdelkader Husrieh, akan mengeluarkan petunjuk resmi terkait proses tersebut.
Meningkatkan posisi pound Suriah menjadi salah satu tantangan utama bagi pemerintah baru, yang sebelumnya menyatakan akan memangkas dua angka nol dan mencetak uang baru untuk memulihkan kepercayaan publik setelah penggulingan Assad.
"Mata uang Suriah yang baru adalah simbol kedaulatan keuangan kami setelah pembebasan, serta langkah tegas menuju stabilitas dan pemulihan ekonomi," ujar Husrieh.
Sejumlah bankir menyatakan kekhawatiran bahwa mata uang baru dapat mendorong inflasi dan mengikis daya beli warga yang sudah terdampak harga tinggi. Namun, Husrieh menegaskan penukaran akan dilakukan secara tertib dan lancar.
Ia menambahkan, konferensi pers akan digelar pada 27 Desember untuk "menjelaskan semua rincian proses penukaran dan batas waktunya."
Assad meninggalkan Suriah pada Desember 2024 menuju Rusia setelah pasukan oposisi merebut Damaskus menyusul serangan kilat selama delapan hari, mengakhiri enam dekade kekuasaan otokratis keluarga Assad, lebih dari 13 tahun setelah pemberontakan yang memicu perang saudara.
Suriah baru-baru ini merayakan satu tahun penggulingan Assad dengan perayaan di kota-kota besar. Sejak awal perang saudara pada 2011, pound Suriah jatuh dari 50 menjadi sekitar US$ 10.000 – US$ 11.000, sehingga warga harus membawa tumpukan uang untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk belanja.
Husrieh mengatakan langkah penukaran mata uang dilakukan pada titik krusial nasional yang menandai awal era ekonomi dan moneter baru.
Amerika Serikat bulan ini mengumumkan pencabutan permanen sanksi Caesar, membuka jalan bagi kembalinya investasi ke Suriah setelah bertahun-tahun isolasi ekonomi.
Pada Agustus lalu, Husrieh menyatakan negaranya akan mengubah mata uang dengan memangkas dua nol, dan menegaskan langkah tersebut tidak akan memengaruhi nilai mata uang.
Uang kertas baru akan menggantikan yang lama untuk menghindari inflasi lebih lanjut di tengah kenaikan harga pascaperang, dengan bank sentral berencana mencetak enam pecahan baru. (hanoum/arrahmah.id)
