TEL AVIV (Arrahmah.id) – Ribuan warga ‘Israel’ berdemonstrasi di Tel Aviv, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, media ‘Israel’ melaporkan.
Al-Jazeera mengutip Channel 12 yang melaporkan bahwa polisi ‘Israel’ secara paksa membubarkan beberapa demonstran pada Senin malam (21/4/2025) dan menangkap beberapa orang setelah beberapa pengunjuk rasa berbaring di tanah selama unjuk rasa.
Demonstrasi itu terjadi setelah kepala Shin Bet Ronen Bar bersaksi bahwa Netanyahu telah memintanya untuk menargetkan pengunjuk rasa anti-Netanyahu.
Kesaksian Bar di Mahkamah Agung ‘Israel’ digambarkan sebagai sesuatu yang “menggemparkan,” karena mengungkap bahwa Netanyahu telah menekannya untuk menggunakan Shin Bet demi kepentingan politik. Tekanan itu termasuk upaya untuk menindak para demonstran yang menentangnya dan mencoba menunda sidang kasus korupsinya dengan dalih alasan keamanan.
Para pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan “Netanyahu telah melewati batas,” “Demokrasi ‘Israel’ sedang dalam bahaya,” “Copot Netanyahu sekarang,” “Netanyahu, selamatkan negara ini dari dirimu sendiri,” dan “Rakyat tidak bisa disingkirkan.”
Mereka juga memajang foto-foto tawanan ‘Israel’ yang ditahan di Gaza dan menyerukan segera dibuatnya kesepakatan untuk memulangkan mereka.
Dalam perkembangan terkait, Otoritas Penyiaran ‘Israel’ melaporkan bahwa sebuah pertemuan keamanan digelar di kantor Netanyahu pada Ahad lalu (20/4), namun tidak ada perwakilan dari Shin Bet yang diundang, meskipun seluruh lembaga keamanan lainnya turut hadir. Pertemuan itu membahas situasi di Jalur Gaza.
Pada 20 Maret, pemerintah ‘Israel’ menyetujui pemecatan kepala Shin Bet, Ronen Bar, namun Mahkamah Agung turun tangan dan membekukan keputusan tersebut setelah sejumlah petisi diajukan menentang pemecatannya.
Pengadilan kemudian mengeluarkan perintah penangguhan sementara yang mencegah pemecatan Bar, pengangkatan penggantinya, maupun instruksi apa pun kepada bawahannya hingga kasus ini diselesaikan.
Netanyahu membenarkan keputusan itu dengan alasan kurangnya rasa saling percaya, sementara Bar menilai ada motif politik di balik penolakannya untuk memenuhi tuntutan Netanyahu soal “kesetiaan pribadi.” (zarahamala/arrahmah.id)