RIYADH (Arrahmah.id) — Serangkaian video yang menampilkan pria-pria bertopeng yang mengkritik kehidupan di Arab Saudi dan menyerukan agar penguasa de facto Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman turun telah menghebohkan warga kerajaan semenanjung Arab itu.
Dilansir Middle East Eye (23/5/2025), video-video tersebut yang diunggah oleh para pemuda dengan wajah ditutupi kafiyeh cepat menarik perhatian warga karena menggambarkan kondisi kehidupan di Arab saudi yang memburuk dan kurangnya peluang ekonomi di tengah pengeluaran negara untuk acara hiburan mewah dan proyek-proyek besar.
Mereka menuduh adanya keresahan yang berkembang di dalam kerajaan dan menyerukan penggulingan putra mahkota.
Middle East Eye belum memverifikasi video-video tersebut secara independen.
Klip-klip tersebut sebagian besar diunggah pada akun-akun anonim di TikTok, dan telah dibagikan ulang di berbagai platform media sosial, yang memicu kecaman dan pujian.
“Hari ini kita menyaksikan gerakan kuat yang dipimpin oleh pemuda bangsa kita, dengan berani menyuarakan hak-hak yang sah: kebebasan & hak untuk menentukan nasib kita sendiri,” kata seorang pengguna TikTok.
Yang lain mengatakan video-video itu merupakan hasil dari meningkatnya frustrasi dalam negeri, dan mengatakan sosok-sosok bertopeng itu berbicara mewakili suara-suara yang ditekan di dalam kerajaan.
“Di negeri yang melarang suara, pria bertopeng muncul sebagai ikon penolakan… Pria bertopeng Saudi bukanlah seorang individu, tetapi momen martabat… Di balik topeng itu ada tanah air lain yang belum lahir,” ungkap seorang pengguna.
Yang lain mengatakan video tersebut “menempatkan rezim Saudi di ambang kehancuran”. Sementara yang lain mengajak orang untuk bergabung dalam gerakan tersebut guna mendukung kaum tertindas, memenuhi tuntutan rakyat, dan menggulingkan tiran yang telah mengubah negara menjadi lahan pertanian swasta serta diperintah oleh geng korup.
Di tengah berkembangnya wacana tersebut, pihak ayng tidak suka meluncurkan tagar #خونة_الوطن (“#KingdomTraitors”), menuduh individu-individu dalam video tersebut sebagai “agitator asing” atau pembangkang yang diasingkan yang berusaha mengganggu stabilitas masyarakat Arab Saudi dari luar negeri.
Beberapa pengguna media sosial juga menyatakan kekhawatiran atas keselamatan mereka yang mengunggah video.
Penahanan orang-orang karena unggahan di media sosial – termasuk yang berasal dari akun anonim – telah menjadi praktik rutin sejak MBS menjadi putra mahkota pada tahun 2017.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan undang-undang antiteror dan kejahatan dunia maya kerajaan telah diterapkan secara luas untuk menekan para pengkritik, yang telah dijatuhi hukuman penjara yang panjang dan larangan bepergian karena aktivitas media sosial. (hanoum/arrahmah.id)