GAZA (Arrahmah.id) – Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan pada Kamis (8/5/2025) bahwa mereka telah menewaskan atau melukai 19 tentara ‘Israel’ dalam dua operasi terpisah di lingkungan al-Tannour, sebelah timur Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.
Militer pendudukan ‘Israel’ kemudian mengonfirmasi tewasnya dua tentara dari Brigade Teknik dan Golani, serta luka serius yang diderita oleh dua perwira dan dua tentara lainnya dalam pertempuran di wilayah tersebut.
Menurut Al-Qassam, pasukannya menargetkan unit teknik ”Israel’ beranggotakan 12 orang yang sedang mencoba memasang bahan peledak di sebuah rumah dekat Persimpangan al-Fedai. Serangan dilakukan dengan dua misil anti-personel dan anti-tank, memicu ledakan dahsyat yang menghancurkan bangunan. Helikopter ‘Israel’ terlihat mengevakuasi korban tak lama setelah serangan.
Dalam operasi kedua, yang terjadi di dekat Masjid Omar bin Abdul Aziz, unit infanteri ‘Israel’ berjumlah tujuh orang diserang menggunakan alat peledak berkekuatan tinggi, menyebabkan jasad beberapa tentara berserakan di lokasi, menurut klaim Al-Qassam.
Kedua serangan ini merupakan bagian dari operasi bernama “Gerbang Neraka”, yang merupakan respons berkelanjutan dari perlawanan Palestina terhadap invasi darat ‘Israel’ ke Gaza.
Media ‘Israel’ menayangkan rekaman proses evakuasi tentara yang terluka menggunakan helikopter menuju rumah sakit di Yerusalem Barat dan Ashkelon, termasuk Rumah Sakit Barzilai. Laporan juga menyebut sejumlah tentara ‘Israel’ masih terjebak di bawah reruntuhan di Gaza pasca penyergapan.
Data resmi militer ‘Israel’ menyebut 856 tentaranya telah tewas sejak 7 Oktober, termasuk delapan orang sejak pertempuran kembali pecah pada 18 Maret setelah kegagalan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan. Total ada 5.847 tentara terluka, dengan 2.641 di antaranya akibat pertempuran darat di Gaza. Angka-angka ini mencakup korban di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon selatan.
Namun, banyak pihak menuduh ‘Israel’ menyembunyikan jumlah korban sebenarnya. Kelompok-kelompok perlawanan Palestina telah merilis berbagai pernyataan soal operasi yang menewaskan atau melukai tentara ‘Israel’, yang sering tidak diakui secara resmi oleh Tel Aviv.
Para analis dan organisasi hak asasi menyoroti sensor militer ketat ‘Israel’ yang bertujuan menjaga moral publik dan stabilitas politik dalam negeri.
Sementara itu, investigasi harian Haaretz dan studi terbaru dari Universitas Tel Aviv mengungkap beban psikologis berat yang dialami tentara ‘Israel’ akibat perang. Studi tersebut menyebut satu dari delapan tentara ‘Israel’ yang bertugas di Gaza kini tidak layak lagi untuk kembali bertugas secara mental. Di kalangan pasukan cadangan, 12% melaporkan gejala PTSD berat yang membuat mereka tidak layak untuk kembali ke medan perang.
Temuan ini memperkuat kekhawatiran di tubuh militer ‘Israel’ terkait kelelahan tempur dan meningkatnya jumlah tentara yang membelot atau meninggalkan unitnya. (zarahamala/arrahmah.id)