SRINAGAR (Arrahmah.com) – Ribuan warga sipil tak bersenjata di Jammu dan Kashmir mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa, turun ke jalan, dalam demonstrasi pro-kemerdekaan yang berujung bentrok dengan pasukan pendudukan India. Aksi unjuk rasa menentang pendudukan India digelar setelah pembunuhan terhadap empat pejuang Kashmir oleh tentara pendudukan selama pertempuran pada Ahad (12/2/20170 pagi. Tiga tentara pendudukan juga tewas dalam pertempuran tersebut.
Begitu berita tersebar mengenai gugurnya empat pejuang Kashmir di desa Frisal di distrik Kulgam pada pagi hari, orang-orang keluar rumah untuk berunjuk rasa. Menurut saksi mata, pasukan pendudukan India melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang ikut bagian dalam aksi protes tersebut, menewaskan satu orang dan melukai puluhan lainnya, lansir Anadolu pada Ahad (12/2).
Polisi pendudukan India dalam sebuah pernyataan pada Ahad malam, membenarkan kematian seorang warga sipil namun tidak bersuara mengenai puluhan warga sipil yang terluka dalam insiden tersebut.
Segera setelah jenazah para pejuang Kashmir dikembalikan ke keluarga mereka, ribuan orang menghadiri upacara pemakaman mereka. Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa beberapa desa di selatan Kashmir terus menggemakan slogan-slogan pro-kemerdekaan.
“Di desa-desa di seluruh Kulgam, Anantnag, Pulwama, ribuan orang keluar di jalan-jalan untuk menyerukan Aazadi (kemerdekaan) dari India. Itu seperti musim panas tahun lalu ketika ratusan ribu orang turun ke jalan,” ujar Mohsin Ahmad Rather (27), seorang mahasiswa di Kulgam mengatakan kepada Anadolu.
Para pemimpin perlawanan menyerukan warga di Kulgam untuk turun ke jalan.
“Para pemimpin sangat mengutuk penggunaan kekerasan terhadap warga sipil di Kulgam. Tindakan pasukan India adalah jenis terburuk dari terorisme negara dan tindakan kejam dan kami diwajibkan untuk membenci dan mengangkat suara kita melawan terorisme yang disponsori oleh negara,” ujar sebuah pernyataan yang dikeluarkan dari kamp persatuan untuk kemerdekaan Kashmir.
Kashmir, sebuah wilayah di pegunungan Himalaya yang mayoritas penduduknya Muslim, diklaim oleh Pakistan dan India. Kedua negara terlibat tiga kali perang pada tahun 1948, 1965 dan 1971 dan saling memperebutkan Kashmir.
Sejak 1983, kelompok-kelompok perlawanan di Kashmir telah berjuang melawan kekuasaan India. (haninmazaya/arrahmah.com)