ISTANBUL (Arrahmah.id) — Presiden Recep Tayyip Erdoğan memberikan Pernghargaan Kebajikan pada seorang pilot Suriah yang menghabiskan 43 tahun di penjara setelah menolak perintah untuk mengebom kota Hama. Penghargaan diberikan pada Upacara Penghargaan Kebaikan Internasional ke-8 yang digelar Otoritas Agama Turki (Diyanet) di Pusat Kebudayaan Kongres Beştepe.
Dilansir The New Arab (14/3/2025), pilot bernama Ahmed Ragheed Al-Tatari itu menolak perintah untuk menjatuhkan bom di Hama pada tahun 1982, selama pembantaian rezim Assad di kota itu yang berlangsung beberapa pekan dan menewaskan hingga 30.000 orang.
Ia dipenjara di Penjara Sednaya yang terkenal karena hal ini dan baru dibebaskan pada bulan Desember 2024, ketika diktator lama Bashar al-Assad, yang menggantikan ayahnya Hafez pada tahun 2000, digulingkan setelah serangan kelompok perlawanan Suriah.
Pada saat pembantaian ini, pilot Suriah Ragheed Ahmad Al Tatari mendengarkan hati nuraninya dan menolak untuk mematuhi perintah untuk mengebom orang-orang yang tidak bersalah.
“Ragheed Al-Tatari mengingatkan kita tentang makna tertinggi dari hati nurani, keberanian, dan kebajikan dengan mendedikasikan hidupnya di penjara untuk menghindari pembantaian rakyatnya,” kata sebuah posting di situs web Diyanet.
“Serangan udara yang diperintahkan oleh seorang diktator merenggut nyawa ribuan orang yang tidak bersalah, dan Hama hancur lebur. Pada saat pembantaian ini, pilot Suriah Ragheed Ahmad Al Tatari mendengarkan hati nuraninya dan menolak untuk mematuhi perintah untuk mengebom orang-orang yang tidak bersalah,” tambah posting tersebut.
Al-Tatari berusia 27 tahun saat ia ditangkap dan berusia 70 tahun saat ia dibebaskan.
Selama di penjara, ia menjadi ikon bagi para tahanan di Sednaya. Ribuan di antaranya disiksa dan dieksekusi selama rezim Assad berkuasa.
“Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan Ragheed. Setiap orang yang mengenalnya terkesan dengan sifatnya yang berani dan berkemauan keras. Meskipun mengalami penindasan dan penyiksaan sistematis selama puluhan tahun, mereka tidak dapat mematahkan semangatnya atau menghilangkan senyumnya,” kata Diab Serrih dari Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Sednaya (ADMSP), yang menghabiskan lima tahun di penjara bersama Al-Tatari pada tahun 2021.
Ribuan tahanan dibebaskan dari penjara rezim Assad selama dan setelah serangan pemberontak, tetapi ratusan ribu orang yang telah dihilangkan secara paksa tidak ditemukan dan diduga telah meninggal. (hanoum/arrahmah.id)