TEL AVIV (Arrahmah.id) -- Perdana Menteri 'Israel' Benjamin Netanyahu, Jumat (26/12/2025) mengumumkan pengakuan negara pendudukan Palestina itu atas Somaliland sebagai "negara berdaulat dan merdeka". Ini menjadi pengakuan resmi pertama terhadap republik yang memproklamirkan diri dan memisahkan diri dari Somalia.
Dia menambahkan kalau penandatanganan perjanjian dengan Somaliland adalah untuk pengakuan timbal balik.
Netanyahu menambahkan bahwa 'Israel' bermaksud untuk segera memperluas hubungannya dengan republik yang baru memproklamirkan diri itu.
"Kantor Perdana Menteri 'Israel' menyatakan dalam siaran pers kalau 'Israel' akan meningkatkan kerja sama dengan Somaliland di bidang ekonomi, teknologi, pertanian, dan kesehatan," tulis laporan Khaberni (26/12/).
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya mengatakan, "Perdana Menteri Netanyahu, Menteri Luar Negeri (Gideon) Sa'ar, dan Presiden Republik Somaliland menandatangani deklarasi bersama dan timbal balik."
Saar mengatakan di akun platform X-nya bahwa perjanjian tersebut juga mencakup "pembentukan hubungan diplomatik penuh, termasuk pembukaan kedutaan dan pengangkatan duta besar."
Saar menambahkan: "Saya telah menginstruksikan kementerian saya untuk mengambil tindakan segera guna melembagakan hubungan antara kedua negara dalam berbagai bidang."
Somaliland adalah wilayah yang secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaannya, yang belum diakui oleh negara mana pun di dunia.
Pemerintah Somalia menentang tuntutan Somaliland untuk merdeka darinya.
Pengakuan 'Israel' ini menjadi kelanjutan kontroversi dari apa yang digaungkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Februari 2025 silam.
Saat itu, Trump berencana membangun kembali Gaza dengan dana konsorsium internasional menjadi lokasi wisata yang dia jargonkan sebagai "Trump Gaza".
Rencana ini mengharuskan relokasi -secara paksa- warga Gaza dari tanah mereka.
Somaliland, bersama Maroko dan Puntland, menjadi tiga nama lokasi yang dibahas sebagai kemungkinan tujuan bagi relokasi pengungsi Gaza.
Proposal tersebut tampaknya bergantung pada kepentingan strategis kawasan-kawasan ini, karena ketiganya memiliki insentif untuk memperkuat hubungan dengan Washington menurut laporan tersebut.
Somaliland dan Puntland, dua wilayah yang memiliki pemerintahan sendiri di Tanduk Afrika, telah lama mencari pengakuan internasional.
Pengakuan Israel atas Somaliland, disinyalir menjadi jalan pembuka bagi negara yang memisahkan diri dari Somalia tersebut.
Adapun Maroko masih terlibat dalam sengketa wilayah atas Sahara Barat.
Menerima pengungsi Palestina berpotensi memperkuat posisi mereka di mata AS dan sekutu Barat.
Akan tetapi, rencana Trump tersebut telah memicu kecaman luas, para kritikus menyebutnya sebagai pengungsian paksa dan pelanggaran hukum internasional.
Sebelumnya pada hari itu, Trump menepis reaksi keras tersebut, dan menegaskan bahwa usulan tersebut telah diterima dengan baik.
"Semua orang menyukainya ," katanya kepada wartawan, meskipun ada tentangan keras dari para pemimpin Palestina, pemerintah Timur Tengah, dan organisasi hak asasi manusia. (hanoum/arrahmah.id)
