GAZA (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan ‘Israel’, Israel Katz, memerintahkan penutupan perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir pada Selasa (18/3/2025), mencegah evakuasi medis warga Palestina yang terluka untuk dirawat di luar negeri.
Penutupan ini menyusul dimulainya kembali perang genosida ‘Israel’ di daerah kantong tersebut menyusul gencatan senjata dua bulan yang rapuh.
Radio Angkatan Darat ‘Israel’ mengutip “sumber keamanan” yang mengatakan bahwa Katz memerintahkan penutupan, sementara penyiar publik ‘Israel’ KAN melaporkan bahwa ‘Israel’ memberi tahu para pekerja di sisi Palestina dari penyeberangan tersebut bahwa terminal tersebut telah ditutup.
“Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa di titik penyeberangan telah diberitahu tentang keputusan tersebut,” tambah KAN, menurut kantor berita Anadolu.
Penyeberangan Rafah di perbatasan dengan Mesir dibuka kembali bulan lalu berdasarkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan ‘Israel’ untuk memungkinkan warga Palestina yang terluka meninggalkan daerah kantong itu untuk perawatan medis di luar negeri.
Pejabat Uni Eropa Diberitahu
Times of Israel melaporkan pada Selasa (18/3) bahwa pejabat Uni Eropa dan Palestina yang telah mengoperasikan penyeberangan tersebut tidak berada di Gaza ketika ‘Israel’ memulai serangan udaranya kemarin malam.
Surat kabar itu mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa mereka diberitahu pada Selasa pagi (18/3) bahwa perbatasan ditutup dan karena itu mereka “tidak akan diizinkan kembali ke Jalur Gaza untuk sementara waktu.”
Hingga Selasa sore (18/3), Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa 412 warga Palestina tewas dan lebih dari 500 orang terluka dalam serangan udara di beberapa wilayah kantong itu yang dimulai pada dini hari tersebut.
Gencatan senjata, yang ditengahi melalui mediasi AS, Qatar, dan Mesir, telah diadakan sejak 19 Januari, tetapi ketegangan kembali meletus karena penolakan ‘Israel’ untuk memperpanjang gencatan senjata.
Militer ‘Israel’ telah membenarkan serangannya dengan mengklaim perlunya menargetkan Hamas setelah gerakan itu menolak usulan AS untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata, alih-alih mengikuti perjanjian awal. (zarahamala/arrahmah.id)