GAZA (Arrahmah.id) – Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa 3.600 anak di Gaza kini menderita kekurangan gizi akut. Ini menandai peningkatan tajam dari 2.000 kasus hanya dalam waktu satu bulan, menurut The Associated Press, mengutip laporan baru oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
OCHA menggambarkan situasi tersebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di Gaza sejak genosida dimulai 18 bulan lalu. Kesehatan anak-anak memburuk dengan cepat karena kurangnya makanan, air bersih, dan perawatan medis.
Badan-badan bantuan tidak dapat lagi menjangkau sebagian besar anak-anak yang membutuhkan. Hanya 100 dari 173 pusat perawatan gizi yang masih buka. Pengeboman ‘Israel’ yang terus-menerus dan blokade penuh telah memaksa 95% kelompok kemanusiaan untuk mengurangi atau menutup operasi, kata pernyataan bersama oleh LSM-LSM besar termasuk Oxfam dan Norwegian Refugee Council.
Sistem pangan Gaza telah runtuh. ‘Israel’ telah memblokir semua bantuan sejak 2 Maret, menghentikan pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Akibatnya, hampir seluruh penduduk kini bergantung pada dapur amal, yang hanya dapat menyiapkan sekitar 1 juta makanan pokok per hari. Sebagian besar hanya terdiri dari nasi atau pasta.
Pasar kosong, harga melambung tinggi, dan makanan segar hampir mustahil ditemukan. Program Pangan Dunia mengatakan 80% warga Gaza bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.
UNICEF memperkirakan lebih dari 60.000 anak di bawah usia lima tahun kini kekurangan gizi. UNRWA memperingatkan bahwa Gaza mendekati “kelaparan ekstrem.” Juliette Touma, direktur media UNRWA, mengatakan bayi dan anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar setiap malam.
“Ini bukan sekadar kegagalan kemanusiaan. Ini adalah pilihan politik,” kata koordinator Doctors Without Borders Amande Bazerolle. “Petugas bantuan berusaha menyelamatkan nyawa saat berada di tengah api, dengan hampir tidak ada persediaan yang tersisa.”
Sejak Oktober 2023, genosida ‘Israel’ di Gaza telah menewaskan lebih dari 51.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak dan melukai lebih dari 100.000 orang. Genosida tersebut telah menyebabkan hampir 90% penduduk Gaza mengungsi.
Kelompok-kelompok kemanusiaan menuntut ‘Israel’ untuk membuka kembali penyeberangan dan mengizinkan masuknya bantuan darurat. Tanpa tindakan segera, mereka memperingatkan, lebih banyak anak akan meninggal karena kelaparan dan penyakit. (zarahamala/arrahmah.id)