TEL AVIV (Arrahmah.id) – ‘Israel’ menamai serangan militernya terhadap Iran dengan nama “Rising Lion” atau “Singa yang Bangkit”, merujuk pada ayat Alkitab yang menggambarkan kejayaan masa depan ‘Israel’ sebagai bangsa yang kuat dan menang.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya telah memberi isyarat soal serangan ini ketika pada Kamis (12/6/2025) ia terlihat menyelipkan secarik kertas bertuliskan tangan ke celah Tembok Ratapan di Yerusalem, tempat paling suci bagi umat Yahudi. Kantornya merilis foto catatan itu pada Jumat (13/6), yang berbunyi:
“Bangsa ini akan bangkit seperti singa.”
Ungkapan tersebut berasal dari Kitab Bilangan 23:24, yang berbunyi:
“Sesungguhnya, bangsa itu akan bangkit seperti singa, dan mengangkat dirinya seperti singa muda; ia tidak akan berbaring sebelum memakan mangsa dan meminum darah yang terbunuh.”
Ayat ini adalah bagian dari nubuat pertama Bileam, seorang nabi non-‘Israel’, yang menggambarkan kekuatan dan kebangkitan ‘Israel’ bagaikan singa yang tidak akan berhenti sebelum melumpuhkan musuhnya.
Beberapa pihak juga berspekulasi bahwa nama operasi ini mungkin merupakan sindiran simbolik terhadap putra Shah terakhir Iran, mengingat simbol singa yang digunakan dalam monarki Persia.
Serangan dan Simbolisme Agama
Serangan udara besar-besaran ‘Israel’ ke Iran telah menewaskan sejumlah tokoh penting militer dan ilmuwan nuklir Iran, serta menghantam fasilitas utama dan wilayah permukiman. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut serangan ini sebagai tindakan “setan”.
‘Israel’ memang kerap menggunakan istilah atau simbol Alkitab dalam operasi militernya, yang oleh sebagian pihak dinilai sebagai cara untuk memperkuat klaim “hak ilahi” atas tanah Palestina dan pembenaran atas perang-perangnya di wilayah tersebut.
Contohnya, operasi militer terhadap fasilitas militer Suriah dinamai “Operation Arrow of Bashan”, merujuk pada “Bashan”, istilah dari Perjanjian Lama yang menunjuk wilayah selatan Suriah yang dulu ditaklukkan oleh bangsa ‘Israel’.
Di Gaza, Netanyahu berulang kali menggunakan narasi Amalek dari kitab Ulangan 25:17, yang berbunyi:
“Ingatlah apa yang dilakukan Amalek terhadapmu…”
Narasi ini secara eksplisit menyerukan pemusnahan total atas musuh dan telah dikritik sebagai justifikasi genosida terhadap warga Gaza.
Senjata Bernuansa Kitab Suci
Tak hanya nama operasi, senjata-senjata ‘Israel’ juga kerap menggunakan nama-nama dari kitab suci, “Samson”, untuk senjata kendali jarak jauh yang diambil dari kisah tokoh kuat dalam Alkitab. “Jericho”, untuk rudal balistik yang dinamai dari kota di Tepi Barat yang disebut dalam Kitab Yosua. “David’s Sling”, untuk sistem pertahanan udara yang merujuk pada kisah Daud dan Goliat. “Lavender” dan “The Gospel”, untuk nama sistem kecerdasan buatan ‘Israel’ yang digunakan untuk menyasar target dalam perang.
Dalam sidang genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), tim hukum Afrika Selatan bahkan mengangkat penggunaan simbol agama ini sebagai bukti bahwa ‘Israel’ secara sistematis mempromosikan ideologi kekerasan berbasis agama dalam kebijakan militernya.
Dengan mengusung nama-nama dari kitab suci, ‘Israel’ tak hanya membawa konflik ini ke medan tempur, tetapi juga ke ranah simbolik, membingkai perang sebagai pertarungan sakral, yang menurut banyak pengamat, justru memperdalam krisis dan membahayakan masa depan kawasan. (zarahamala/arrahmah.id)