DAMASKUS (Arrahmah.id) — Presiden sementara Suriah Ahmad asy Syaraa telah meluncurkan penyelidikan setelah seribu orang tewas dalam pertempuran antara pasukan keamanan dan milisi yang setia Presiden Bashar al Assad di kota-kota pesisir Latakia dan Tartous.
“Kami mengumumkan pembentukan komite pencari fakta mengenai peristiwa di pesisir dan membentuk komite yang lebih tinggi,” kata al-Syaraa dalam pidatonya, seperti dikutip dari Al Jazeera (9/3/2025).
Dalam pidatonya, asy-Syaraa mengatakan bahwa sisa-sisa rezim sebelumnya tidak punya pilihan selain menyerah segera karena ia berjanji untuk meminta pertanggungjawaban siapa pun yang terlibat dalam pertumpahan darah warga sipil.
Asy Syaraa sebelumnya mengumumkan bahwa sebuah komite independen telah dibentuk untuk menyelidiki pelanggaran terhadap warga sipil dan mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut, seraya menambahkan bahwa para pelaku akan diadili di pengadilan.
“Komite berhak menggunakan siapa pun yang dianggapnya tepat untuk melaksanakan tugasnya, dan menyerahkan laporannya kepada Presiden Republik dalam jangka waktu maksimal tiga puluh hari sejak tanggal dikeluarkannya keputusan ini,” demikian bunyi pernyataan presiden.
Menurut Resul Serdar dari Al Jazeera, bentrokan pada hari Ahad terjadi di kota Qardahah di Latakia.
“Qardahah secara simbolis merupakan [kota] yang sangat penting, karena merupakan tempat kelahiran rezim al-Assad,” kata Serdar, melaporkan dari Damaskus.
“Namun, salah satu lokasi kritis … adalah Baniyas, di Tartous. Banias merupakan rumah bagi kilang minyak terbesar di Suriah, dan pasukan keamanan mengatakan bahwa sisa-sisa rezim lama [telah] beberapa kali berupaya menyerang kilang minyak tersebut,” tambahnya.
Kekerasan di Banias terjadi meskipun asy-Syaraa menyerukan perdamaian pada hari Ahad sebelumnya.
Serdar mengatakan bahwa pasukan keamanan Suriah telah melaporkan kehilangan 230 personel mereka sendiri, sementara sebagian besar dari mereka yang tewas adalah warga sipil.
Pertempuran dimulai setelah para pejuang pro-Assad mengoordinasikan serangan terhadap pasukan keamanan pada hari Kamis. Serangan tersebut berubah menjadi pembunuhan balas dendam ketika ribuan pendukung bersenjata dari kepemimpinan baru Suriah pergi ke daerah pesisir untuk mendukung pasukan keamanan.
Bentrokan – yang menurut pemantau perang yang berbasis di London, Syrian Observatory for Human Rights, telah menewaskan 1.000 orang, sebagian besar warga sipil – berlanjut untuk hari keempat pada hari Minggu. Warga Suriah telah menyebarkan video grafis eksekusi warga sipil.
Al Jazeera belum dapat memverifikasi angka korban secara independen. (hanoum/arrahmah.id)