SURIAH (Arrahmah.id) – Sebuah video yang beredar di media sosial Suriah menampilkan Miqdad Ftiha, pemimpin milisi “Liwa Dir’ As-Sahil,” mengancam pasukan Kementerian Pertahanan dan Keamanan Suriah. Dalam rekaman tersebut, Ftiha mengultimatum pemerintah untuk menarik pasukannya dari desa-desa di pesisir Suriah. Jika tidak, ia mengancam akan melancarkan “fase kedua” dari pertempuran, yang mencakup peledakan jalan, eksekusi tawanan, dan pembunuhan personel keamanan sebagaimana dilansir oleh Al Jazeera.
Video ini langsung memicu reaksi publik. Salah satu hal yang paling mencuri perhatian adalah seragam yang dikenakan Ftiha. Ia terlihat memakai pakaian militer Suriah, yang menurut warganet adalah upaya untuk menyesatkan opini publik. Sebelumnya, ia juga pernah terlihat mengenakan seragam aparat keamanan umum. Banyak yang menuduhnya sengaja menyamar untuk membunuh warga sipil dan menyalahkan pemerintah atas kejahatannya.
Sejumlah pengguna media sosial menyebut Ftiha sebagai “sisa proyek gagal yang telah ditolak oleh rakyat Suriah.” Seorang netizen menulis, “Orang yang mengancam negara dan menyerukan pertumpahan darah hanyalah alat bayaran yang mencoba menyebarkan kekacauan. Keadilan akan datang bagi mereka yang berlumuran darah rakyat tak berdosa.”
Seruan Tangkap Ftiha, Aktivis Desak Pemerintah Beri Hadiah
Para aktivis menuntut video tersebut dijadikan bukti dan disebarluaskan agar dunia melihat siapa sebenarnya Miqdad Ftiha. Mereka menilai ancaman yang dilontarkan Ftiha sebagai bukti nyata bahwa ia berbahaya bagi stabilitas dan keamanan.
Perhatian publik juga tertuju pada senjata yang terlihat di tangan Ftiha. Beberapa warganet mengklaim bahwa senjata tersebut tidak dimiliki oleh tentara Suriah, melainkan hanya tersedia di kalangan militer Rusia.
Sejumlah aktivis mendesak pemerintah Suriah untuk mengikuti langkah Amerika Serikat dengan menawarkan hadiah sebesar 25.000 dolar bagi siapa saja yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Ftiha. Mereka menekankan bahwa sistem hadiah seperti ini terbukti efektif, sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi pertahanan sipil Suriah (White Helmets) pada Desember 2024, yang menawarkan 3.000 dolar bagi siapa pun yang dapat mengungkap lokasi penjara rahasia di Suriah.
Selain itu, ada pula usulan untuk menerbitkan daftar nama dan informasi para buronan, serta memberikan hadiah bagi mereka yang dapat membantu menangkap para pelaku kejahatan. Para aktivis juga menyerukan agar siapa pun yang melindungi atau bersekongkol dengan para buronan ini dikenakan sanksi hukum.
(Samirmusa/arrahmah.id)