Nama “Al-Mulatsam Khalid” mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial Suriah dalam beberapa hari terakhir. Sosok misterius itu muncul mengenakan penutup wajah saat menyumbangkan senjata pribadinya untuk mendukung kampanye “Aleppo Sat Al-Kull”. Namun, di balik wajah yang tersembunyi, tersimpan kisah besar tentang pengorbanan dan peran krusial dalam pembebasan Kota Aleppo.
Al-Mulatsam Khalid bukanlah sosok biasa. Ia disebut-sebut sebagai salah satu figur paling menentukan dalam keberhasilan pembebasan Aleppo dari cengkeraman rezim Presiden Suriah terguling, Bashar al-Assad, pada akhir 2024.
Fakta ini terungkap dalam film dokumenter “Al-‘Ubur Ila Dimasyq” (Menembus Jalan ke Damaskus), produksi platform Suriah Sekarang. Dalam film tersebut, Wakil Menteri Dalam Negeri Suriah bidang keamanan, Mayor Jenderal Abdul Qadir Thahhan, mengungkap bahwa Khalid merupakan salah satu aset intelijen terpenting revolusi di dalam Kota Aleppo.
https://www.instagram.com/reel/DSXtYHZD2nK/?l=1
Menurut Thahhan, selama empat tahun penuh Khalid berhasil menyuplai informasi sensitif mengenai pergerakan pasukan rezim, ruang operasi, serta rencana militer penting kepada pimpinan revolusi di Idlib. “Ia adalah mata revolusi di jantung sistem musuh,” ungkap Thahhan.
Pada tahun 2021, Khalid menyusup ke Aleppo yang saat itu berada di bawah kendali rezim. Ia melakukan “penyesuaian status” dan secara lahiriah bergabung dengan pasukan Assad, namun sejatinya menjalankan misi rahasia berisiko tinggi.
Lewat perannya itu, Khalid mampu mengumpulkan data-detail krusial yang membuka jalan bagi pasukan Al-‘Ashaaib Al-Hamra’ (Pasukan Ikatan Merah) untuk menembus markas Komite Keamanan dan Militer di Aleppo. Operasi ini berujung pada tewasnya penasihat militer Iran yang dikenal sebagai Al-Hajj Hasyim, serta kepala cabang intelijen militer, kepala divisi komunikasi dan operasi, dan 12 perwira tinggi yang menjadi tulang punggung sistem komando dan kendali tentara rezim Suriah.

Di media sosial, pertanyaan pun bermunculan: Siapakah Al-Mulatsam Khalid?
Jawaban para aktivis dan pengamat revolusi menyebut bahwa identitasnya masih dirahasiakan dan hanya diketahui oleh segelintir orang, meski jasanya dinilai sangat besar.
Sebagian menyebutnya sebagai “kunci kemenangan Aleppo”, seorang pejuang yang rela kembali ke wilayah musuh sejak dini, mempertaruhkan nyawanya, dan merancang kemenangan dari dalam jantung rezim.
Khalid juga dikenal sebagai salah satu anggota Al-‘Ashaaib Al-Hamra’, pasukan elit di bawah naungan Hay’ah Tahrir Asy-Syam. Ia berasal dari wilayah pedesaan Aleppo bagian barat.
Ia termasuk satu dari lima pejuang yang terlibat langsung dalam operasi khusus penyerangan ruang komando operasi, sesaat sebelum dimulainya operasi besar “Radda‘ Al-‘Udwan”.
Kini, Khalid kembali muncul ke hadapan publik lewat kontribusinya dalam kampanye “Aleppo Sat Al-Kull”. Ia menyumbangkan pistol pribadinya, yang kemudian dilelang dan mencapai nilai fantastis sebesar 1 juta dolar AS. Sebuah perusahaan kemudian membeli senjata tersebut dan mengembalikannya kepada Khalid, sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi atas peran besarnya dalam perjuangan.
Kisah Al-Mulatsam Khalid menjadi pengingat bahwa kemenangan besar sering kali lahir dari pengorbanan senyap, dari tangan-tangan yang bekerja dalam bayang-bayang demi kejayaan umat dan kebebasan negeri.
(Samirmusa/arrahmah.id)
