GERIK (Arrahmah.id) – Seorang mahasiswi asal Malaysia, Nurly Shahirah Azman (23 tahun), wafat dalam tragedi kecelakaan bus di Jalan Raya Timur–Barat, Gerik, negara bagian Perak, pada 9 Juni 2025. Kecelakaan yang merenggut 15 korban jiwa ini menjadi perhatian publik setelah diketahui bahwa Nurly ditemukan dalam keadaan memeluk mushaf Al-Qur’an—yang ia tulis sendiri dengan tangannya.
Ia bukan sekadar mahasiswi Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), tetapi juga seorang hafizah yang telah menghafal 30 juz Al-Qur’an dan memperkuat hafalannya dengan menyalin seluruh mushaf secara manual. Kisahnya menggetarkan hati umat Islam di Malaysia dan berbagai penjuru dunia.
Wafat dalam Perjalanan Menuju Kampus
Kecelakaan terjadi sekitar pukul 01.15 dini hari saat rombongan mahasiswa kembali ke kampus UPSI usai liburan semester. Bus sewaan yang mereka tumpangi dilaporkan tergelincir dan terjun ke lereng curam di Kilometer 53, Jalan Raya Timur–Barat.
Petugas penyelamat yang tiba di lokasi menemukan Nurly Shahirah dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Namun yang membuat semua pihak terdiam haru, di dadanya tergenggam erat sebuah mushaf Al-Qur’an—yang belakangan diketahui merupakan hasil tulisan tangannya sendiri. Ia wafat dalam keadaan memeluk ayat-ayat suci Allah.
“Ketika ditemukan, Al-Qur’an itu berada dalam pelukannya. Itu Al-Qur’an tulisan tangan yang dia jaga sejak dulu,” ujar sang kakak, Mohd Najmuddin Azman, dikutip dari Kosmo Online (10 Juni 2025).
Menulis Mushaf dengan Tangan Sendiri

Menurut keluarga dan teman-teman dekatnya, Nurly adalah pribadi yang pendiam dan tekun. Sejak usia remaja, ia telah menghafal 30 juz Al-Qur’an. Untuk menguatkan hafalan, ia menempuh jalan langka: menyalin sendiri seluruh isi mushaf suci dari Surah al-Fatihah hingga an-Nas, menggunakan tulisan tangan.
Al-Qur’an itu selalu dibawanya ke mana-mana, termasuk saat menaiki bus malam itu.
“Ia tidak pernah lepas dari Al-Qur’an, bahkan di waktu istirahat. Dia pernah bilang, ‘Kalau aku mati, biarlah aku mati bersama Al-Qur’an,’” kenang ibunya dengan suara bergetar.
Tanda-Tanda Husnul Khatimah

Sejumlah relawan yang ikut mengevakuasi jenazah melaporkan adanya aroma wangi yang tidak biasa di lokasi jenazah Nurly. Banyak yang meyakini hal itu sebagai pertanda husnul khatimah—kematian dalam keadaan terbaik di sisi Allah.
Nurly semestinya memulai praktik mengajar sebagai calon guru Pendidikan Khusus pada bulan Agustus 2025. Namun takdir mempertemukannya lebih dulu dengan Sang Pencipta.
Ziarah Ribuan Pelayat dan Kerabat Diraja

Kisah Nurly membuat rumah duka di Kampung Gong Pasir, Jertih, Terengganu, dipenuhi pelayat. Tidak hanya masyarakat umum, sejumlah kerabat Diraja Terengganu juga datang memberi penghormatan.
Al-Qur’an tulisan tangannya kini menjadi pusaka keluarga yang diletakkan di ruang tamu. Lembaran-lembarannya menggambarkan ketekunan dan kecintaan luar biasa terhadap kalamullah.
“Melihat mushaf itu seperti menyaksikan cinta yang diukir dengan tinta dan air mata. Tidak semua orang bisa menulis 30 juz. Tapi dia melakukannya dalam diam,” ungkap salah seorang guru tahfiz yang hadir.
Kematian yang Dicemburui
Kisah Nurly Shahirah bukan sekadar tragedi kecelakaan lalu lintas. Ia adalah teladan tentang bagaimana hidup bersama Al-Qur’an, wafat bersama Al-Qur’an, dan meninggalkan dunia dengan kemuliaan.
“Dikatakan kepada orang yang mencintai Al-Qur’an: Bacalah dan naiklah! Sesungguhnya tempatmu di surga adalah di akhir ayat yang kau baca.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Semoga Allah menerima amal ibadahnya, mengangkat derajatnya di sisi para syuhada dan shalihin, dan menjadikan kisahnya sebagai pelita bagi umat untuk kembali mencintai Al-Qur’an.
(Samirmusa/arrahmah.id)